Kecamatan Lhoong menjadi salah satu kawasan yang marak dengan praktek illegal logging. Banjir dan longsor menjadi dampak illegal logging yang terjadi di Gampong Krueng Kala, namun masyarakat Krueng Kala sendiri bersikap apatis terhadap praktek illegal logging tersebut. Berdasarkan kacamata ekosentrisme, harusnya masyarakat menjadi pondasi utama dalam mencegah terjadinya praktek-praktek merusak lingkungan yang akhirnya akan menyebabkan bencana alam menimpa masyarakat itu sendiri. Penelitian ini menggunakan teori ekosentrisme dan konsep apatisme. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penyebab masyarakat Lhoong Kabupaten Aceh Besar bersikap apatis terhadap praktek illegal logging adalah karena rendahnya kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan. Adanya Pemuda Gampong yang memberanikan diri untuk mengelola Air Terjun Seuhom sebagai objek wisata demi menjaga lingkungan sekitarnya dari praktek illegal logging menjadi ekosentrisme yang seharusnya dikembangkan oleh Pemerintah juga masyarakat. Terutama dalam pemberdayaan ekonomi sebagai pengalihan dari praktek illegal logging. Gerakan pemuda gampong juga mengawali adanya pendetakan adat, seperti aturan adat yang diberikan oleh Panglima Gle di Gampong Krueng Kala untuk tidak memotong pohon kayu 50 meter dari wilayah pinggiran sungai Krueng Kala, namun pendekatan ini perlu dikembangkan karena praktek illegal logging melebihi jangkauan tersebut. Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar harus mengembangkan konsep pemberdayaan ekonomi dan pendekatan adat setempat untuk mencegah terjadinya praktek illegal logging di Kecamatan Lhoong.Kata Kunci : Apatisme Masyarakat, Illegal Logging, Ekosentrisme.
Copyrights © 2022