AbstractThis research aims to investigate a woman’s role for the husband, family, and society in a literary work as an effort to free a woman from culture and tradition constructions, which always oppressing. That aim emerges due to the imbalance that Seno Gumira Ajidarma created a female character in his work, which wrote in 1984 with a different delineation, that is Drupadi story: a woman’s voice is heard and considered; a woman who has five husbands, however, what happens in society is a woman as a human who is dominated by men (masculine), moreover, in Indonesia polyandry is not allowed. The problem is examined by using Sartre’s existentialism which views a woman as a human who thinks and is conscious of her freedom and does not accept anything as a gift. The result is a woman’s existence that is portrayed by the author through Drupadi character is successfully done that is when a woman’s voice is heard in men’s space (warfare) to contribute about her thought. However, the author also brings down a woman’s respectability which he has built since the beginning of the story through Drupadi character. It happens due to the author has been constructed by the thought made by society for a woman that a woman below man and should follow the rules that restraint themselves.  AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran perempuan bagi suami, keluarga, dan masyarakat dalam karya sastra sebagai upaya membebaskan perempuan dari konstruksi-konstruksi adat dan budaya yang selalu mengopresi. Tujuan tersebut muncul karena melihat adanya kesenjangan, yaitu Seno Gumira Ajidarma menciptakan tokoh perempuan dalam karangannya yang ditulis pada tahun 1984 dengan ‘wajah’ berbeda, yaitu kisah Drupadi: suara perempuan didengar dan dipertimbangkan; serta perempuan yang bersuami lima. Akan tetapi, yang terjadi di dalam masyarakat adalah perempuan sebagai sosok yang didominasi oleh kaum laki-laki (maskulin), bahkan di Indonesia poliandri tidak dibenarkan. Permasalahan tersebut dikaji menggunakan eksistensialisme Sartre yang memandang bahwa perempuan adalah manusia yang berpikir dan sadar akan kebebasan dirinya dan tidak begitu saja menerima suatu hal sebagai pemberian. Berdasarkan hal itu, hasil penelitian adalah eksistensi perempuan yang digambarkan oleh pengarang melalui tokoh Drupadi, berhasil dilakukan, yaitu perempuan diterima suaranya dalam ruang laki-laki (peperangan) untuk menyumbangkan hasil pemikirannya. Namun, pengarang juga menjatuhkan kehormatan perempuan, yang telah dibangunnya dari awal cerita melalui tokoh Drupadi. Hal ini karena pengarang telah terkonstruksi oleh pemikiran yang dibuat oleh masyarakat bagi perempuan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki dan harus mengikuti aturan-aturan yang mengekang dirinya. 
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2019