Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

HASRAT SARTIKA SARI DALAM KUMPULAN PUISI ELEGI TITI GANTUNG: PERSPEKTIF PSIKOANALISIS LACANIAN Anggreini, Heny; Pujiharto, Pujiharto
ATAVISME Vol 22, No 2 (2019): ATAVISME
Publisher : Balai Bahasa Jawa Timur

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (272.981 KB) | DOI: 10.24257/atavisme.v22i2.585.144-158

Abstract

Penelitian ini untuk menyelidiki hasrat subjek Sartika melalui puisi-puisinya yang terkumpul dalam antologi puisi Elegi Titi Gantung sebagai upaya mengungkapkan ke-diri-an subjek yang selalu tersembunyi karena direpresi oleh aturan, hukum, dan budaya. Tujuan tersebut muncul karena subjek (manusia) tidak pernah benar-benar mengetahui hasratnya. Hasrat tersebut selalu digantikan dengan objek hasrat yang lain. Berdasarkan permasalah tersebut, maka persoalan yang diangkat adalah (1) bagaimana rangkaian penanda sebagai manifestasi hasrat Sartika Sari melalui mekanisme metafora dan metonimia dalam kumpulan puisi Elegi Titi Gantung? (2) Bagaimana hasrat Sartika Sari yang termanifestasikan dalam kumpulan puisi Elegi Titi Gantung? Penelitian ini menggunakan perspektif Lacanian, yaitu untuk menemukan kondisi bawah sadar subjek (penyair). Hasil penelitian ini adalah Sartika berhasrat untuk menjadi perempuan eksis dan menjadi perempuan idaman. Menjadi perempuan eksis akan menunjukkan keberadaan diri Sartika sebagai subjek di tatanan Simbolik. Sementara, menjadi perempuan yang diidamkan merupakan bentuk negosiasi Sartika pada dirinya yang menginginkan kebebasan.
Representation of Sapardi Djoko Damono’s Poetry in Islamic Education; A Semiotic Study Heny Anggreini
Khatulistiwa Vol 9, No 1 (2019): Volume 9 Number 1 March 2019
Publisher : The Pontianak State Institute of Islamic Studies

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1051.149 KB) | DOI: 10.24260/khatulistiwa.v9i1.1308

Abstract

The poetry analyzed are “Hatiku Selembar Daun”, “Yang Fana Adalah Waktu”, and “Akulah Si Telaga”. The poetry are analyzed using qualitative research methods, which are analyzed descriptively through words, lines, and verses, using Roland Barthes's semiotic theory. The results of this study explain that the myth that Barthes interpreted as an ideology delivered by poets in his poetry to instill the view of Islam in living life because of moral degeneration that occurs in humans today. Through the poetry, the poet contests his ideology about attitudes and traits that must be possessed by humans based on the teachings of Islam, that: First, humans are very fragile creatures. Second, there is no eternity on this earth. Third, sacrifices that do not ask for rewards or profit.
NEGOSIASI IDEOLOGI PUISI “KAU INI BAGAIMANA ATAU AKU HARUS BAGAIMANA” KARYA K.H. A. MUSTOFA BISRI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI (The Ideological Negotiation of The Poet “Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” Works K.H. A. Mustofa Bisri: Gramsci Hegemony Study) Heny Anggreini; Muharrina Harahap; NFN Jakaria
Kandai Vol 16, No 2 (2020): KANDAI
Publisher : Kantor Bahasa Sulawesi Tenggara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/jk.v16i2.2329

Abstract

Puisi “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” adalah bentuk perlawanan kelompok subordinat terhadap kelompok dominan (penguasa) yang melakukan penindasan dan tidak memberikan kemerdekaan (kesejahteraan) walau rakyat telah merdeka. Kelompok penguasa memberikan kebebasan kepada rakyat, tetapi juga mengekang rakyat untuk tunduk kepada perintah penguasa. Oleh karena itu, kaum intelektual (penyair) melakukan resistensi untuk keluar dari ketertindasan yang dialami oleh kaum subordinat karena sikap otoriter penguasa. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk mengetahui formasi dan negosiasi ideologi puisi sehingga terjelaskan bahwa kontestasi dan negosiasi ideologi yang dilakukan penyair dalam puisinya sebagai bentuk keinginan kaum intelektual (mahasiswa, penyair, dan peneliti) untuk menjadikan rakyat kritis dan bermoral dengan memengaruhi pola pikir (cara pandang) dan pola perilakunya melalui karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh “aku” adalah kelompok subordinat yang juga sebagai konter hegemonik (pembawa hegemoni tandingan) atas militerisme yang dipegang oleh kelompok dominan. Gus Mus mencoba untuk menegosiasikan nasionalisme-humanis yang religius kepada rakyat melalui puisinya karena manusia memerlukan ideologi religius dalam membentuk pola pikir dan perilakunya. Namun di samping itu, Gus Mus secara tersirat menegosiasikan ideologi Pancasila yang harus dipegang kembali oleh negara dan mulai meluluhkan militerisme yang otoriter karena Pancasila merupakan dasar negara Indonesia.The poem “Kau ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana” is a form of struggle by the subordinate group to the dominant (authority holder) that suppresses freedom (wealth) despite the status of independence as a nation. The authority seems to give freedom however at the same time controlling the people for absolute obedience. In that circumstance, the intellectuals (poets) do act of resistance to escape from the oppression by the authoritarian. This research aims to see ideology formation and negotiation of the poem to explain the contestation and negotiation by the poet, as a reflection of the intellectuals (college students, poets, researchers) to stimulate a shifting point of view through literature. This research applies a descriptive qualitative method focusing on concepts of hegemony by Gramsci. The result shows that the character of “Aku” represents the subordinates and as a counter of hegemony (conveyor of counter-hegemony) against militarism by the dominant. Gus Mus tried to negotiate religious nationalist-humanism ideology to people through his poem arguing that people need religious ideology to form thoughts and behavior. Nonetheless, Gus Mus implicitly negotiated Pancasila as a state ideology to be re-embraced and shattered the authoritarian militarism because Pancasila is the foundation of Indonesia.
EKSISTENSI PEREMPUAN DALAM NOVEL DRUPADI KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: KAJIAN EKSISTENSIALISME SARTRE (The Existence of Women in Drupadi Novel by Seno Gumira Ajidarma: Sartre’s Existentialism Study) Heny Anggreini
SAWERIGADING Vol 25, No 2 (2019): Sawerigading, Edisi Desember 2019
Publisher : Balai Bahasa Sulawesi Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.908 KB) | DOI: 10.26499/sawer.v25i2.634

Abstract

AbstractThis research aims to investigate a woman’s role for the husband, family, and society in a literary work as an effort to free a woman from culture and tradition constructions, which always oppressing. That aim emerges due to the imbalance that Seno Gumira Ajidarma created a female character in his work, which wrote in 1984 with a different delineation, that is Drupadi story: a woman’s voice is heard and considered; a woman who has five husbands, however, what happens in society is a woman as a human who is dominated by men (masculine), moreover, in Indonesia polyandry is not allowed. The problem is examined by using Sartre’s existentialism which views a woman as a human who thinks and is conscious of her freedom and does not accept anything as a gift. The result is a woman’s existence that is portrayed by the author through Drupadi character is successfully done that is when a woman’s voice is heard in men’s space (warfare) to contribute about her thought. However, the author also brings down a woman’s respectability which he has built since the beginning of the story through Drupadi character. It happens due to the author has been constructed by the thought made by society for a woman that a woman below man and should follow the rules that restraint themselves.  AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menyelidiki peran perempuan bagi suami, keluarga, dan masyarakat dalam karya sastra sebagai upaya membebaskan perempuan dari konstruksi-konstruksi adat dan budaya yang selalu mengopresi. Tujuan tersebut muncul karena melihat adanya kesenjangan, yaitu Seno Gumira Ajidarma menciptakan tokoh perempuan dalam karangannya yang ditulis pada tahun 1984 dengan ‘wajah’ berbeda, yaitu kisah Drupadi: suara perempuan didengar dan dipertimbangkan; serta perempuan yang bersuami lima. Akan tetapi, yang terjadi di dalam masyarakat adalah perempuan sebagai sosok yang didominasi oleh kaum laki-laki (maskulin), bahkan di Indonesia poliandri tidak dibenarkan. Permasalahan tersebut dikaji menggunakan eksistensialisme Sartre yang memandang bahwa perempuan adalah manusia yang berpikir dan sadar akan kebebasan dirinya dan tidak begitu saja menerima suatu hal sebagai pemberian. Berdasarkan hal itu, hasil penelitian adalah eksistensi perempuan yang digambarkan oleh pengarang melalui tokoh Drupadi, berhasil dilakukan, yaitu perempuan diterima suaranya dalam ruang laki-laki (peperangan) untuk menyumbangkan hasil pemikirannya. Namun, pengarang juga menjatuhkan kehormatan perempuan, yang telah dibangunnya dari awal cerita melalui tokoh Drupadi. Hal ini karena pengarang telah terkonstruksi oleh pemikiran yang dibuat oleh masyarakat bagi perempuan bahwa perempuan berada di bawah laki-laki dan harus mengikuti aturan-aturan yang mengekang dirinya. 
FORMASI DAN NEGOSIASI IDEOLOGI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI DALAM CERPEN “SARMAN” KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA HENY ANGGREINI
TOTOBUANG Vol. 7 No. 1 (2019): TOTOBUANG, EDISI JUNI 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Maluku

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649 KB) | DOI: 10.26499/ttbng.v7i1.139

Abstract

The community has the right to obtain his will - his view of life, but the situation cannot be obtained because the community is trapped by the great ideologies that are in power (dominating). Therefore, the author as a recorder - intellectuals who contested his ideology through literary works. Literary works as a unifying tool of social forces and the struggle of subordinate groups to fight political actions that offer certain ideologies. Thus, the purpose of this research is to explain the ideologies that live in society, including the dominant ideologies, which are related to the mindset and patterns of people’s behavior in literary works. This study uses a qualitative descriptive method that focuses on content analysis using the Gramsci hegemony theory. The results of this study are that Sarman figures are not counter-hegemonic over the ideology of capitalism, but through Sarman, Seno tries to negotiate that the ideology of capitalism becomes a socialist and humanist capitalist ideology, namely capitalists who view humans as dignified beings and social beings, entitled to rights which should be obtained. The relationship between the characters of Sarman and Seno, were  clearly described by the author Gumira Ajidarma, the author contests ideologies to the readers and wants to negotiate his ideologies. However, like Sarman, Seno is still trapped in the dominant group (rulers) whose ideology is capitalism. Masyarakat memiliki hak untuk memperoleh kehendaknya—pandangan hidupnya, namun situasi tersebut tidak dapat diperoleh karena masyarakat terperangkap oleh ideologi-ideologi besar yang berkuasa (mendominasi). Oleh karena itu, pengarang sebagai perekam—kaum intelektual yang mengkontestasikan ideologinya melalui karya sastra. Karya sastra sebagai alat pemersatu kekuatan-kekuatan sosial dan pertarungan kelompok subordinat untuk melakukan perlawanan terhadap tindakan politik yang menawarkan ideologi-ideologi tertentu. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah terjelaskannya ideologi-ideologi yang hidup di masyarakat, termasuk ideologi dominan, yang berkaitan dengan pola pikir dan pola perilaku masyarakat dalam karya sastra. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif yang berfokus pada analisis isi dengan menggunakan teori hegemoni Gramsci. Hasil penelitian ini adalah tokoh Sarman bukan counter-hegemonik atas ideologi kapitalisme, tetapi melalui Sarman, Seno mencoba untuk menegosiasikan agar ideologi kapitalisme menjadi ideologi kapitalisme yang sosialis dan humanis, yaitu kapitalis yang memandang manusia sebagai makhluk bermartabat dan makhluk sosial, berhak mendapatkan hak-hak yang seharusnya diperoleh. Keterkaitan tokoh Sarman dengan Seno Gumira Ajidarma sebagai pengarang, sangat jelas terlihat bahwa pengarang mengkontestasikan ideologi-ideologi kepada pembaca dan ingin menegosiasikan ideologi-ideologinya. Namun, seperti Sarman, Seno masih terjebak dalam kelompok dominan (penguasa) yang berideologi kapitalisme.
PENDIDIKAN MORAL DALAM CERITA ANAK “SAMOSIR” DAN “KELINCI YANG SERAKAH” BAGI ANAK SEKOLAH DASAR Muharrina Harahap; Hera Chairunnisa; Ita Khairani; Heny Anggreini
SCHOOL EDUCATION JOURNAL PGSD FIP UNIMED Vol 12, No 4 (2022): SHOOL EDUCATION JOURNAL PGSD FIP UNIMED
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/sejpgsd.v12i4.40966

Abstract

The purpose of this study was to determine moral education in the children's stories "Samosir" and "The Greedy Rabbit". By knowing the moral education of children's stories, it is clear that these children's stories can build the character and social character of elementary school children; educating the emotional, spiritual, and intelligence of elementary school children. This goal is motivated by the problem that moral education must be presented from an early age to children through children's stories, especially elementary school children. However, not infrequently the children's stories that are presented actually contain values that are far from building morals. Based on this problem, a research was carried out using Clifford Geertz's symbolic interpretive study with a qualitative descriptive method. The results of this study are the children's stories "Samosir" and "The Greedy Rabbit" contain moral education. However, these children's stories can also damage the morale and psyche of children if they are interpreted 'as they are'. Children can be constructed that if they make a mistake, they will receive a very big punishment. This can put pressure on the psyche of children so they are afraid to do something or do something wrong.
Subjek Otentik dalam Cerpen "Membunuh Mini" Karya M. Aan Mansyur: Perspektif Slavoj Zizek Anggreini, Heny; Harahap, Muharrina; Jakaria, Jakaria
Asas: Jurnal Sastra Vol 13, No 2 (2024): ASAS : Jurnal Sastra
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/ajs.v13i2.60966

Abstract

Membunuh Mini merupakan sebuah cerpen yang ‘menyentil’ pembaca untuk sadar terhadap kondisi sosial, budaya, dan politik di masyarakat. M. Aan Mansyur mengingatkan hal tersebut melalui penggambaran tokoh borjuis yang diperankan oleh Erwin (majikan) dan tokoh porletar yang diperankan oleh Mini (budak) dan Sikki (budak). Tokoh yang akan diangkat adalah tokoh Sikki sebagai budak yang selalu menuruti, mematuhi perintah tuannya untuk menjaga keberadaannya, termasuk dalam cerita ini adalah membunuh Mini yang hamil akibat perbuatan Erwin. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat: (a) seberapa jauh seorang sastrawan menjadi otentik saat menulis karya sastra? b) apakah di dalam karya sastra, pengarang berhasil membangun subjek otentik? Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif, yang dianalisis secara deskriptif melalui kata-kata menggunakan teori Slavoj Zizek. Hasil analisis menunjukkan bahwa subjek Sikki melakukan tindakan radikal dengan melakukan “kebohongan” kepada majikannya karena dimensi simbolik (Tuan dan Budak) yang menekannya sehingga mengalami lack dalam dirinya. Keadaan lack dalam diri subjek pada akhirnya tidak menghasilkan sesuatu. Freedom yang ingin dicapai subjek menjadi ilusi dan tidak menjadi nyata. Subjek Sikki dan Mansyur sama-sama tidak mampu menuju “yang real” dengan bukti bahwa keduanya menyerah pada “yang simbolik”— norma.
The Use of Spelling in Students' Scientific Articles in Department of Indonesian Language and Literature Harahap, Muharrina; Anggreini, Heny; Jakaria, Jakaria; Barus, Frinawaty Lestarina; Naelofaria, Salmah
Proceeding International Conference on Malay Identity The 2nd International Seminar on Language, Literature, Education, Arts and Culture
Publisher : Jurusan Sejarah, Seni, dan Arkeologi, FKIP, Universitas Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was conducted to find out the spelling mistakes and the causes of spelling mistakes in scientific articles of students of the Indonesian Language and Literature Department. By knowing this, students will comprise scientific papers that are good and correct, and in accordance with the rules. The method used in this research was descriptive qualitative. The sources of research data were students' scientific articles of the Department of Indonesian Language and Literature, which are the products of team-based projects during Comparative Literature (fifth semester). The researcher chose four scientific articles to obtain the research results to be achieved or called the purposive sampling method. This research used an analytical method, namely the orthographic equivalent method, whose determining tool is writing with the concept of EYD and language errors. The results of this study are that students of the Department of Indonesian Language and Literature still often make Indonesian language mistakes in working on team-based project products in the form of scientific articles. This is due to the lack of understanding of students in the use of spelling in accordance with the rules. Then, students are less careful and lazy in checking the use of spelling. Therefore, students need to get training in writing (the use of spelling and Indonesian language rules) in order to become competent students in their fields according to the profile of graduates (research assistants, academics, and practitioners).
Menguak Kemerosotan Moral Gen Z Dalam Film Sajen: Kajian Psikoanalisis Sigmund Freud Sihombing, M. Sholeh; Mawarni, Cantika; Nia, Nia; Sitompul, Monalisa Senada; Hadawiyah, Andina; Anggreini, Heny
eScience Humanity Journal Vol 5 No 1 (2024): eScience Humanity Journal Volume 5 Number 1 November 2024
Publisher : Asosiasi Ide Bahasa Kepri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37296/esci.v5i1.145

Abstract

The film Sajen shows a form of moral decandant in Gen Z that still often occurs in their social lives. The acts of bullying, juvenile delinquency, and cyberbullying shown in this film are examples of moral decline that has followed the current young generation. The purpose of this study is to see the implications of bullying on Alanda's personality and mentality as a victim, as well as to see the personality that encourages Bianca to be aggressive as shown in the Sajen film through the analysis of Sigmund Freud's Psychology. The research method used is a qualitative method using several stages, including literature study, data analysis, and data validity. The results of this study found that the conception of id and ego has an effect on the emergence of Alanda's intention to commit suicide while the superego is related to the ego in showing morality to Alanda. Meanwhile, Bianca's id and ego play a role in showing Bianca's personality which encourages her to be aggressive. One of Bianca's aggressive actions encountered in Sajen's film is in the form of bullying several students at school.
NEGOSIASI IDEOLOGI DALAM ANTOLOGI PUISI “LEPAS MUASAL” KARYA SEISKA HANDAYANI: KAJIAN HEGEMONI GRAMSCI TERHADAP WACANA PEREMPUAN Harahap, Muharrina; Anggreini, Heny; Jakaria, Jakaria
IdeBahasa Vol 6 No 2 (2024): Jurnal Idebahasa Vol 6 No 2 December 2024
Publisher : Asosiasi dosen IDEBAHASA KEPRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37296/idebahasa.v6i2.231

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menemukan ideologi yang ingin dinegosiasikan oleh Seiska Handayani melalui kumpulan puisi Lepas Muasal terkait wacana perempuan. Dalam puisi-puisinya, Handayani mencoba mengkritisi ideologi dominan, yaitu sistem patriarki. Metode penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data penelitian ini adalah empat puisi yang termaktub di dalam kumpulan puisi Lepas Muasal, yaitu “Sebatang Cinta”, “Perihal Rindu yang Kukirimkan Kemarin Itu”, “Ketika Sepi”, dan “Rindu”. Keempat puisi dipilih berdasarkan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan metode simak. Selanjutnya, data dianalisis dengan konsep hegemoni Gramsci, yaitu ideologi, hegemoni, dan intelektual organik. Hasil penelitian ini adalah Handayani sebagai penyair perempuan Sumatera Utara menegosiasikan ideologi romantisisme. Ideologi romantisisme yang dinegosiasikannya adalah romantisisme-religius dan romantisisme-feminis. Ideologi tersebut untuk melawan ideologi dominan, yaitu sistem patriarki. Ideologi ini dinegosiasikan karena ia menginginkan keidealan di balik realitas yang selalu ‘kurang dan tidak utuh’.