The early church demonstrated a model of life that could endure suffering together, and this model has continued to be lived throughout the ages. Along the way, it is not uncommon for the very diverse backgrounds of members in the church to result in clashes and disputes to conflict, whereas the core of Christ's teachings is about loving and igniting brotherly love. This article aims to show the importance of social interaction in realizing brotherly love among congregation members and how to manifest it. A descriptive analysis method based on a literature review shows that brotherly love among church members reflects the spirituality of Christian friendship and solidarity. To realize this, social interaction that reflects Christian hospitality is needed among the church members. Abstrak Gereja mula-mula memperlihatkan sebuah model kehidupan yang dapat menanggung penderitaan secara bersama-sama; dan model ini terus dihidupi sepanjang zaman. Dalam perjalanannya, tidak jarang latar belakang anggota yang sangat majemuk di dalam gereja mengakibatkan benturan dan perselisihan hingga konflik; padahal inti dari ajaran Kristus adalah tentang mengasihi dan mengobarkan kasih persaudaraan. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya interaksi sosial yang dapat mewujudkan kasih persaudaraan di antara anggota jemaat, dan bagaimana mengejawantahnya. Dengan menggunakan metode analisis deksriptif yang berbasis kajian literatur diperlihatkan bahwa kasih persaudaraan di antara anggota gereja merefleksikan spiritualitas persahabatan dan solidaritas kristiani. Untuk mewujudkannya dibutuhkan interaksi sosial yang merefleksikan hospitalitas kristiani di antara anggota jemaat.
Copyrights © 2022