Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Hortikultura membuat sebuah skema strategis untuk menggenjot produksi hortikultura dan menjadikan Indonesia sebagai negara yang swasembada hortikultura. Skema yang dimaksud adalah dengan membentuk kawasan florikulturasi terintegrasi oleh teknologi. Konsep ini sangat bergantung penerapannya pada dunia akademisi untuk memobilisasi hasil risetnya untuk diterapkan oleh petani. Oleh karena itulah, dirancanglah pelatihan pembuatan teknologi perangkap hama sebagai salah satu program pendukung yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas petani dalam menggunakan teknologi. Mitra pelatihan adalah Kelompok Wanita Tani (KWT) Anggrek, dimana kelompok ini merupakan salah satu kelompok tani hortikultura yang sering mengalami penurunan pada produksi panennya akibat serangan hama. Metode pelaksanaan pengabdian menitik beratkan pada prinsip intesifikasi komunikasi dan pertemuan dengan mitra petani. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan fakta bahwa penggunaan leaflet dan video tutorial sangat berhasil dalam menyampaikan substansi pelatihan yang ditargetkan. Hasil pengamatan dengan kuisioner juga menunjukkan bahwa petani mendapatkan pemahaman yang menyeluruh mengenai pentingnya penggunaan teknologi dalam proses produksi mereka. Para petani juga mendapatkan pemahaman yang penting mengenai morfologi hama, metode perancangan dan perawatan alat, serta spesifikasi komponen-komponen kelistrikan yang digunakan.
Copyrights © 2022