Zenit
Vol 1, No 3 (2012)

Poets Loyalty to Poetic Convention

Angkasa, Peter (Unknown)



Article Info

Publish Date
09 Feb 2015

Abstract

Karya ilmiah ini merupakan hasil dari studi pustaka tentang inovasi dalam penulisan puisi. Dalam  tulisan ini penulis membandingkan para penyair yang menjunjung tinggi bentuk-bentuk sajak yang setia pada kaidah-kaidah konvensionil dengan penyair-penyair  yang ‘melanggar’ kaidah-kaidah konvensionil dalam penulisan sajak. Di  sini penulis menggambarkan usaha-usaha yang dilakukan oleh para penyair pada zaman awal penciptaan sajak di Inggris di mana para penyair sangat menjunjung tinggi unsur rime dalam sajak-sajak mereka. Dengan berjalannya waktu, ada beberapa penyair yang tidak lagi menghiraukan bunyi atau rime yang enak didengar baik rime yang ada di awal,  di tengah, maupun di akhir bait. Mereka justru berinovasi, yaitu dengan menulis sajak-sajak yang ‘memanjakan’ mata dan tidak lagi mempedulikan telinga. Salah satu penyair inovatif yang karya-karyanya dijadikan sebagai sumber utama pembahasan dalam makalah ini adalah sajak-sajak Edward Estlin Cummings. Penyair ini dijadikan sebagai fokus dari tulisan ini karena dia adalah penyair  yang paling banyak ‘melanggar’ tata cara dalam menulis sajak-sajaknya. Apakah kita harus menyanjungnya sebagai penyair yang paling inovatif  sangat tergantung pada konsep kita tentang sebuah sajak; apakah sebuah sajak itu adalah sebuah tulisan yang harus dibaca dengan bersuara dan didengarkan dengan enak atau sebuah tulisan yang hanya bermakna bila dipandang dan dinikmati tanpa suara seperti halnya sebuah gambar atau lukisan?  Keywords::  poems, convention, innovation, poetic devices, ear, eye, rhyme, metre, shape  

Copyrights © 2012