Epigallocatechin gallate (EGCG) merupakan senyawa polifenol utama dalam teh hijau, selain epigallocatechin (EGC), epicatechin gallate (ECG) dan epicatechin (EC). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa EGCG memiliki aktivitas antibakteri terhadap Staphylococcus aureus, tetapi memiliki bioavailabilitas per oral rendah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui korelasi kadar EGCG dalam plasma dan aktivitas antibakterinya setelah pemberian fraksi etanol teh hijau dosis tunggal 100 mg/kg bb tikus. Teh hijau diekstraksi dengan heksana 1 : 10 menggunakan metode Ultrasonic-Assisted Extraction (UAE) selama 2 x 15 menit. Fraksi tidak larut heksana diekstraksi kembali dengan metode yang sama menggunakan etanol 50 % (1:10). Fraksi etanol teh hijau yang diperoleh ditetapkan kadar total EGCG dengan metode Ultra-Fast Liquid Chromatography. Fraksi etanol teh hijau dosis 100 mg/kg bb diberikan secara per oral terhadap 3 ekor tikus jantan dan sebagai pembanding adalah diberikan larutan kolloidal CMC 1 %. Kadar EGCG dalam plasma dianalisis setelah pemberian per oral berturut-turut 15, 30, 60, dan 120 menit dan ditentukan aktivitas antibakterinya dengan metode difusi agar. Hasil penelitian menunjukkan kadar EGCG dalam plasma pada menit pengambilan ke-15, 30, 60, dan 120 berturut-turut adalah 12,674 bpj, 13,277 bpj, 13,035 bpj, dan 12,298 bpj serta memiliki aktivitas antibakteri terhadap S.aureus dengan diameter daerah hambatan rerata berturut-turut 10,93 mm, 11,39 mm, 10,81 mm, dan 9,93 mm. Hasil analisis korelasi Pearson menunjukkan nilai signifikansi kadar EGCG dan aktivitas antibakteri plasma setelah pemberian fraksi etanol teh hijau pada menit ke-15, 30, 60, dan 120 yaitu 0,037 (p<0,05). Kesimpulan: ada korelasi antara kadar EGCG fraksi etanol teh hijau dalam plasma dengan aktivitas antibakterinya.
Copyrights © 2022