This study deals with socio-religious history of three old mosques in Langkat. Mostly historical, but with some archaeological perspectives, this study presents three main findings. First, the establishment of old mosques in Langkat shows the sultan's piety, his closeness to the scholars and shows the essence of royal identity. Second, the three mosques have the nuances of a mixture of Arabic, Persian and Chinese culture as well as local Malay culture in their physical and architectural dimensions. The values of local wisdom in its architectural dimension are manifested in the five elements of the strength of the Langkat Malay community, namely the leader (umarâ'), religious experts (`ulamâ'), clever intelligence (zumrâ'), the rich (agniyâ'), and the power of prayer. poor (fuqarâ'). Third, these three old mosques have similarities in aspects of religious and social functions. However, each of them has its own uniqueness so that it still displays a high dimension of historicity. Keywords: East Sumatera, Langkat, Malay, old mosques.   Kajian terkait masjid-masjid tua di Langkat secara sosio historis religius terutama masjid-masjid yang didirikan pada abad ke-19 masih sedikit. Analisis sosial historis pendirian masjid, karakteristik fisik masjid, serta sejarah keagamaan dan sosialnya menjadi tujuan tulisan ini. Dengan pendekatan sosial historis-arkeologis, kajian ini menunjukkan bahwa, pertama, pendirian masjid-masjid tua di Langkat melibatkan motif keagamaan, yakni menunjukkan kesalehan sultan dan kedekatannya dengan para ulama. Pendirian masjid menunjukkan inti identitas kerajaan dan hal ini menjadi motif sosial politik. Kedua, ketiga masjid memiliki nuansa perpaduan budaya asing dan lokal dalam dimensi fisik dan arsitekturalnya, yakni budaya Arab, Persia dan Cina serta budaya Melayu sebagai corak lokal. Salah satu contoh Masjid Azizi Tanjung Pura yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai kearifan lokal dalam dimensi arsitekturalÂnya dan termanifestasi dalam lima unsur kekuatan masyarakat Melayu Langkat, yaitu pemimpin (umarâ’), ahli agama (`ulamâ’), cerdik pandai (zumrâ’), orang kaya (agniyâ’), dan kekuatan doa orang miskin (fuqarâ’). Ketiga, ketiga masjid tua ini memiliki kesamaan dalam aspek fungsi keagamaan dan sosial. Namun, masing-masing memiliki keunikan tersenÂdiri sehingga tetap menampilkan dimensi historisitas yang tinggi. Kata Kunci: Langkat, masjid tua, Melayu, Sumatera Timur.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2020