Masa lalu di wilayah Tahtul Yaman Seberang kota Jambi, Provinsi Jambi ada salah seorang Kyai Pondok yang dijuluki masyarakat sebagai “Singa Jambi,” karena tindak tanduknya ada kesamaan dengan Umar bin Khaththab, sehabat Rasulullah yang kedua, sebagaimana diketahui bahwa Umar bin Khaththab digelar “Singa Padang Pasir” karena sikapnya yang pemberani, baik bagi kawan maupun lawan, namun sikapnya itu hanya terhadap “seseorang atau kelompok masyarakat yang melanggar aturan Allah Ta’ala. Seperti melakukan judi, minum-minuman yang memabukkan, dan sebagainya Bagitulah pula yang dilakukan Kyai Muhammad Jeddawi. Metode dalam penelitian ini penulis menggunakan landasan metode sejarah, yaitu melalui empat tahap, yaitu: Heuristik, Kritik, Interpretasi,dan historiografi (penulisan).sementara teorinya adalah teori kualitatif, riset perpustakaan dan wawancara; Kyai Jeddawi memiliki sikap pemberani, tegas dan cerdas. Oleh karena itulah gelar tersebut disematkan kepada Kyai Jeddawi. Namun perlu diketahui, sikap yang ditunjukkan Kyai tersebut hanya fokus kepada hal-hal yang terkait dengan syari’at Allah apabila di antara masyarakatnya yang melanggar dengan sengaja. Misalnya “anak-anak muda” mabuk-mabukan di tengah jalan raya, kaum wanita yang “mengumbar” aurat mereka di tengah jalan raya, dan sebagainya barulah Kyai Jeddawi bertindak. Selain hal itu, dia tidak pernah menganggu kegiatan masyarakat, namun “masyarakat sendirilah yang kadang-kadang tau diri.” Kalau diamati lebih jauh, kehadiran figur seperti Kyai Jeddawi tersebut, sangat dibutuhkan umat Islam di zaman ini, karena sikapnya itu sangat membantu masyarakat dibanding “tindakan polisi ?” Karena itu, masyakat Jambi, sejak wafatnya Kyai Jeddawi pada tahun 1988 yang silam, mereka merasa kehilangan sosok seperti Kyai tersebut.
Copyrights © 2022