Tulisan ini menggunakan pendekatan pustaka (library) dan bertujuan untuk menjawab sebuah fenomena yang terjadi akhir-akhir ini yang menyedot energi masyarakat, yang memecah belah tali persaudaraan (ukhuwah). energi yang seharusnya digunakan untuk hal yang positif namun beralih pada hal-hal yang negatif. Dalam kontestasi politik di Jakarta, kompleksitas dualisme kelompok terlihat terang benderang, hitrogenitas etnis dan isu agama menjadi instrument untuk mencapai tirani dan kekuasaan. bagaimana Jakarta sebagai ibu kota Indonesia menjadi barometer dan indikator tingkat etika kedewasaan masyarakat bangsa dalam sebuah Negara. Tafsir Multikulturalisme untuk mencapai kesadaran majmuk menerima perbedaan menjadi keraguan dan tanda tanya ketika berhadapan dengan isu politik dan kekuasaan. Aksi damai menolak pemimpin non muslim membanjiri jalan memenuhi Monumen Nasional menjadi viral dan menjadi konsen utama (headline) insan jurnalisme yang berhari-hari. Tulisan ini berkesimpulan bahwa, untuk mencapai perdamaian (shulhu), persaudaraan (ukhuwah) harus dikontruksi sesuai dengan pesan profetik yaitu harus bertendensi ukhrawi. Karena tidak bisa dipungkiri persaudaraan yang terjalin pada zaman saat ini justru lebih materialistik pragmatis. Dalam Islam, konsep Pendidikan Ukhuwwah adalah meluruskan hati (tandzim al-qolb) serta mencitai saudara kita hanya karena Allah, dengan tiga bentuk Persaudaraan (ukhuwah); Ukhuwah Islamiyah, Ukhuwah Wathaniyah, dan Ukhuwah Basyariyah.
Copyrights © 2017