Menghadapi rezim otoriter Orde Baru dan rezim liberal Reformasi, mahasiswa sebagai pihak oposan yang "kreatif" tidak kurang akal. Ia pun mendayagunakan potensi energi bahasa untuk melancarkan kritik social dan resistensi verbal. Kajian ini mengangkat strategi kritik sosial dan resistensi verbal kebahasaan mahasiswa terwujud dalam akronim-singkatan pelesetan melalui perspektif sosiolinguistik kritis. Teknik rekayasa akronim-singkatan bernuansa politis meliputi dua hal penjungkirbalikan dekonstruksi semantis, yaitu menggunakan kata-akronim-singkatan nonpolitis untuk maksud politis dan menggunakan kata–akronim–singkatan politis untuk maksud nonpolitis. Bentuk akronim-singkatan pelesetan berfungsi melakukan identifikasi kelompok, membuat representasi keadaan sosial, melancarkan kritik, peringatan, dan perlawanan, serta meledek kebijakan penguasa. Objek yang dituju bentuk pelesetan adalah para presiden, DPR, MPR, hakim, jaksa, militer, polisi, partai politik, keluarga Cendana, dan pejabat umum.
Copyrights © 2023