PEMBINAAN PUPUH MACEPAT “SURKI”I MADE SIJA PADA SEKAA PASANTIAN SWASTI MARGA BRATA DI DESA SELISIHAN KLUNGKUNG

I Kadek Widnyana (Program Studi Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia Denpasar)
Ni Komang Sekar Marhaeni (Program Studi Seni Pedalangan, Institut Seni Indonesia Denpasar)
Ni Putu Hartini (Program Studi Seni Karawitan, Institut Seni Indonesia Denpasar)

Bali-Dwipantara Waskita: Seminar Nasional Republik Seni Nusantara
Vol. 2 (2022): Prosiding Bali Dwipantara Waskita: Seminar Nasionar Republik Seni Nusantara

Berdasarkan analisis situasi di desa Selisihan Klungkung lingkungan tersebut sudah timbul gejolak adanya perselisihan, etika yang kurang baik dan kurangnya persatuan. Atas dasar itu mitra memerlukan sebuah pembinaan guna menuntun ke arah tersebut agar kedamaian mampu terwujud. Materi yang ditawarkan demi terwujudnya hal itu dengan pembinaan tembang Macapat “Surki” (akronim dari kata sasur siki). Sasur (pasasur) artinya 35, asiki artinya satu. Jadi pasasur asiki berarti 36 pada/bait pupuh implementasi dari 36 butir Pancasila yang dirangkum dalam 7 pupuh macapat. Tujuan pembinaan agar meminimalis perselisihan, bertika, persatuan dan kedamaian dapat terwujud, diawali dengan pemahaman tembangnya. Melalui tembang unik ini, liriknya berisi nilai luhur Pancasila yaitu ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan terjabarkan dari 36 butir nilai Pancasila. Pembinaan tembang Macapat dengan metode drill (pengulangan-pengulangan). Hasil pembinaan sekaa Pasantian Selisihan Klungkung mulai memahami dan selanjutnya selalu mengumandangkan lewat Radio Orari di lingkungan desa sebagai media sosialisasi, pelestarian dan pengembangan.