Perempuan dalam budaya patriarki diperlakukan tidak adil dan dipandang sebagai makhluk kelas dua. Kehadiran mereka dianggap sebagai sesuatu yang insidental dan tidak esensial. Untuk itu, tulisan ini mengkaji salah satu cerpen karya Muna Masyari, seorang penulis perempuan asal Pamekasan, Madura Sortana. Jodoh dan mitos orang Madura telah menempatkan perempuan Madura dalam keadaan tertindas dan kondisi yang kurang menguntungkan karena budaya mengikat yang mendominasi perempuan. Muna, menggunakan cerpen Sortana sebagai sarana untuk mengadvokasi nilai feminisme yang dalam konteks budaya Madura tabu untuk diperjuangkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi keberadaan perempuan yang direpresentasikan oleh tokoh perempuan yang disebut Embu. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menganalisis isi cerita, melihat kalimat dan paragraf yang berkaitan dengan isu keberadaan perempuan dalam cerpen Sortana. Konsep teoritis yang digunakan adalah feminisme eksistensialis. Dari hasil analisis diketahui bahwa ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh Embu dalam cerpen berupa marginalisasi, subordinasi, dan stereotip. Sedangkan melalui tindakannya, sosok Embu memiliki kesadaran untuk menjadi Diri agar terbebas dari Yang Lain.
Copyrights © 2023