Rudolf Bultmann introduced a hermeneutic method known as demythologizing. The authors believe that his method can be utilized to communicate the truth in postmodern era as it takes into account today’s human perspective. His approach provides the reader space to make meaning the truth in the Bible. It also makes the Gospel message urgent and requires a response from the hearers. To put forward such argument, this research will describe the characteristics of postmodern era, postmodern humans, Christian faith in the postmodern era and a little about the acceptance of Bultmann’s demythologizing. It aims to describe a point of view that places such approach in the midst of postmodern human thought. Although Bultmann tends to be avoided and is often considered heretical, the authors hope that readers can view Bultmann objectively so that they can see that his approach is indeed useful to bridge the communication gap with postmodern humans. AbstrakRudolf Bultmann memperkenalkan metode hermeneutik yang dikenal sebagai demitologi. Penulis percaya bahwa metodenya dapat digunakan untuk mengkomunikasikan kebenaran di era postmodern karena memperhitungkan perspektif manusia saat ini. Pendekatannya memberikan ruang kepada pembaca untuk membuat makna dari kebenaran dalam Alkitab. Pendekatannya juga membuat pesan Injil bersifat mendesak dan membutuhkan tanggapan dari para pendengarnya. Untuk mengemukakan argumen tersebut, penelitian ini akan mendeskripsikan karakteristik era postmodern, manusia postmodern, iman Kristen di era postmodern dan sedikit tentang penerimaan demitologi Bultmann. Tujuannya adalah untuk menggambarkan suatu sudut pandang yang menempatkan metode tersebut di tengah-tengah pemikiran manusia postmodern. Meskipun Bultmann cenderung dihindari dan seringkali dianggap sesat, penulis berharap bahwa pembaca penelitian ini dapat melihat Bultmann secara objektif sehingga mereka dapat melihat bahwa pendekatannya memang berguna untuk menjembatani kesenjangan komunikasi dengan manusia postmodern.
Copyrights © 2023