Artikel ini mengevaluasi unggahan akun Instagram resmi Rabbani (@rabbaniprofesorkerudung) pada 25 Desember 2022 yang bertajuk “Re-Arise”. Sebagai tema promosi produk, Re-Arise memiliki pesan bahwa tindak pelecehan seksual yang marak terjadi belakangan tidak bisa dilepaskan dari keberadaan pakaian (terkhusus kerudung/hijab). Tak ayal, postingan Reels Rabbani tersebut menuai respon baik pro serta kontra. Di sisi lain, fitur Reels pada aplikasi Instagram kerapkali dimanfaatkan merek besar untuk melakukan promosi (marketing campaign). Sebagai salah satu strategi pemasaran, substansi dari kontroversi memang dibutuhkan oleh sebuah merek untuk meningkatkan popularitas produk yang ditawarkan. Re-Arise dapat dipahami sebagai sebuah tajuk promosi dengan pesan tersirat yang ditujukan pada konsumen Muslim Indonesia. Dalam artikel ini, unggahan tersebut dipahami sebagai suatu fenomena penandaan. Dengan menggunakan skema semiotik yang dipaparkan John Fiske, penelitian ini menjabarkan mengenai dimensi realitas (reality), representasi (representation), dan ideologi (ideology) dari unggahan Reels bertajuk Re-Arise yang diunggah pada akun Instagram resmi merek Rabbani. Hasil penelitian menunjukkan bahwa video tersebut mempresentasikan bagaimana fenomena pelecehan seksual yang kerap terjadi dengan menampilkan hal-hal yang berkaitan. Pada level realitas, komunikasi dakwah disampaikan melalui kode gambar dan tulisan. Pada level representasi, komunikasi dakwah disampaikan melalui kode suara yang mengandung prespektif. Dan pada level ideologi, komunikasi dakwah disampaikan menggunakan ideologi agama Islam.
Copyrights © 2023