Diabetes melitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah yang biasa disebut hiperglikemia akibat kekurangan sekresi insulin. Secara empiris tanaman matoa (Pometia pinnata) sudah digunakan sebagai obat penurun kadar gula darah dan secara ilmiah telah terbukti bahwa matoa dapat menghambat enzim α-glukosidase. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metabolit sekunder apa saja yang terkandung pada fraksi kloroform biji buah matoa dan bagaimana efek antidiabetes fraksi kloroform biji buah matoa pada mencit (Mus musculus). Penelitian ini menggunakan metode uji toleransi sukrosa dengan konsentrasi larutan sukrosa 90%. Uji aktivitas antidiabetes dilakukan menggunakan hewan uji mencit jantan yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kelompok 1 merupakan kelompok kontrol negatif (Na-CMC 1%), kelompok 2 merupakan kelompok kontrol positif (Acarbose), kelompok 3 merupakan kelompok uji 1 (Dosis 100 mg/kg BB), kelompok 4 merupakan kelompok uji 2 (Dosis 200 mg/kg BB), dan kelompok 5 merupakan kelompok uji 3 (Dosis 300 mg/kg BB). Hasil penelitian menunjukkan bahwa fraksi kloroform biji buah matoa (Pometia pinnata) mengandung senyawa metabolit sekunder berupa flavonoid dan alkaloid. Selain itu juga, fraksi kloroform biji buah matoa terbukti dapat menghambat penyerapan sukrosa dimana total penghambatan terbesar terjadi pada dosis 300 mg/kg BB yakni 134,67 mg/dL, lalu dosis 200 mg/kg BB yakni 165,66 mg/dL, dan terakhir pada dosis 100 mg/kg BB yakni 186,67 mg/dL. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa fraksi kloroform biji buah matoa memiliki aktivitas antidiabetes.
Copyrights © 2023