Semakin sempitnya lahan pertanian, ketidakmerataan pendapatan, serta stigma pertanian hanya dapat dilakukan di pedesaan akan menimbulkan permasalahan terkait ketahanan pangan. Kecamatan Banjarsari merupakan salah satu kecamatan yang masyarakatnya telah menerapkan pertanian perkotaan dengan membentuk kelompok tani. Terdapat 35 kelompok tani yang tersebar di 11 kelurahan di Kecamatan Banjarsari. Terdapat sembilan kelompok tani yang aktif dan sisanya sebanyak 26 kelompok tani tergolong kurang aktif. Penelitian dilakukan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal, mengetahui alternatif dan prioritas strategi pengembangan yang dapat diimplementasikan oleh kelompok tani di Kecamatan Banjarsari. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan wawancara, observasi, dan studi literatur. Analisis dilakukan dengan matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM. Hasil identifikasi faktor internal menunjukkan terdapat lima faktor kekuatan dan enam faktor kelemahan. Identifikasi faktor eksternal menunjukkan terdapat enam faktor peluang dan dua faktor ancaman. Kekuatan utama yang dimiliki yaitu terdapat berbagai macam inovasi produk olahan dan kelemahan utamanya yaitu kurangnya keberanian dalam mengambil resiko. Peluang utama yang dimiliki yaitu adanya bantuan modal dan berbagai macam program pelatihan dari Dinas Pertanian. Ancaman utama yaitu adanya persaingan dengan produk serupa di Kota Surakarta. Hasil analisis matriks IE menunjukkan posisi pertanian perkotaan di Kecamatan Banjarsari berada pada sel IV yaitu grow and build. Strategi yang tepat untuk diterapkan yaitu intensif atau integratif. Matriks SWOT menghasilkan sembilan alternatif strategi pengembangan yang kemudian dianalisis dengan QSPM. Prioritas strategi pengembangan pertanian perkotaan yang dapat diterapkan yaitu memasarkan produk secara online melalui marketplace dan media sosial dengan perolehan skor TAS sebesar 7,154.
Copyrights © 2023