Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama
Vol 3, No 1 (2022): Jurnal Pengabdian Kesehatan Beguai Jejama Volume 3 Nomor 1 April 2022

Pelatihan Budidaya Jamur Tiram untuk meningkatkan Kemandirian dan Kesejahteraan Masyarakat di Desa Padang Ratu Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara

Amrul Hasan (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang)
Haris Kadarusman (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang)
Agus Sutopo (Jurusan Kesehatan Lingkungan, Politeknik Kesehatan Tanjungkarang)



Article Info

Publish Date
28 Apr 2022

Abstract

Jamur tiram (Pleurotus sp.) merupakan salah satu jamur konsumsi yang memiliki nilai gizi tinggi. Beberapa jenis jamur tiram yang biasa dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia yaitu jamur tiram putih (P. ostreatus), jamur tiram merah muda P. flabellatus), jamur tiram abu-abu (P. sajor caju), dan jamur tiram abalone (P. cystidiosus). (Susilawati dan Budi Raharjo, 2010). Sebagai Sebagai bahan pangan jamur menjadi salah satu sumber protein seperti thiamine (vitamin B1), riboflavin (vitamin B2), niasin, biotin dan vitmin C serta mineral. Sebagai bahan fungsional jamur mengandung bahan aktif yang terdiri dari senyawa polisakarida (glikan), triterpen, nukleotida, monitol, alkoloid dan lain-lain yang bermanfaat untuk kesehatan tubuh. (Susilawati dan Budi Raharjo, 2010). Desa Padang Ratu Kecamatan Sungkai Utara memiliki potensi yang baik sebagai tempat budidaya jamur tiram. Oleh karena itulah, melalui Program Pengembangan Desa Mitra ini diharapkan dapat membantu masyarakat desa Padang Ratu Kecamatan Sungkai Utara, baik dari segi informasi maupun biaya, dalam mengembangkan usaha budidaya jamur tiram. Masyarakat Mitra di desa Padang Ratu berkeinginan membudidayakan jamur tiram, akan tetapi belum mengetahui teknik pembudidayaannya. Oleh karena itu, kegiatan PkM skema PPDM dosen Poltekkes Tanjung Karang membantu masyarakat desa Padang Ratu teknik Budi daya Jamur tiram. Kegiatan PkM dilaksanakan melalui beberapa tahapan yaitu, persiapan, sosialisasi, pelatihan, dan tahap terakhir adalah pendampingan dan monitoring. Materi yang disampaikan dalam sosialisasi adalah pengenalan jamur tiram, manfaat, syarat tumbuh, dan cara budidaya jamur tiram. Kegiatan pelatihan dilakukan dengan langkah sebagai berikut: Penakaran dan pencampuran media tumbuh; Pemeraman media; Pengisian media ke dalam baglog; Sterilisasi baglog; Pendinginan baglog; Inokulasi bibit jamur F3; Inkubasi dan pemindahan baglog ke dalam kumbung; Pemeliharaan; dan Pemanenan. Kegiatan pendampingan sampai dengan panen perdana dilakukan selama 13 minggu dengan rincian dua minggu pembuatan baglog, sterilisasi dan inokulai bibit ke dalam baglog, delapan minggu inkubasi baglog sampai dengan siap di buah kan, dua minggu proses pemindahan baglog ke dalam kumbung budi daya sampai siap di panen, panen perdana jamur tiram hasil budidaya mitra sebanyak 5 kg. Mitra yang membudidayakan jamur tiram sebanyak 5 orang. Kendala yang ditemui masyarakat yaitu adanya ulat dan lalat yang hinggap di baglog jamur. Solusi yang disarankan untuk mencegah dan mengendalikan adanya hama dilakukan dengan menjaga kebersihan dan sanitasi kumbung budi daya, melakukan perawatan jamur dengan teliti.

Copyrights © 2022






Journal Info

Abbrev

beguaijejama

Publisher

Subject

Education Medicine & Pharmacology Nursing Public Health Social Sciences

Description

Poltekkes Kemenkes Tanjung Karang merupakan institusi pendidikan vokasi di bidang kesehatan yang menjalankan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu Pengabdian Masyarakat. Kegiatan pengabdian perlu dipublikasikan guna pemanfaatan lebih luas bagi masyarakat, oleh karena itu Politeknik Kesehatan ...