In the world, changes in patterns of disease from infectious diseases to non-infectious, including Indonesia. One non-infectious disease is cancer. WHO issued a resolution on the war on cancer. Because of the resulting high morbidity and mortality rates, it is indicated in all countries in the world to carry out cancer control programs nationally. The cancer control policy in Indonesia is strengthened by the issuance of Kepemenkes RI No.1163/Menkes/SK/X/2007regarding the working group for controlling cervical and breast cancer. Ca. Cancer ranks second in cancer to women after breast cancer. According to WHO 490,000 women in the world each year are diagnosed with Ca. cancer and 80% are in developing countries including Indonesia. The key to a success of the Ca.Cancer control program is screening followed by adequate treatment. Early detection of Ca. Cancer can be done with a screening program through a method that is cheaper, easier and simpler but has a fairly high diagnostic accuracy, among others, by efforts to down staging that is an effort to get more early Ca. Cancer findings through visual inspection by applying acidic applications acetate (IVA). The IVA method can be applied as an alternative screening in Banjarbaru because it has proven effective in capturing precancerous lesions and is easy to apply in the field. The results of IVA's coverage in Banjarbaru City are still very low, in 2017 only 4,87%. To increase the coverage of IVA test in Banjarbaru, there needs to be a strong commitment from policy makers to support the implementation of IVA tests, increase the socialization of the importance of IVA tests as an effort to prevent and control Ca. Servic and improve access to IVA test services in community. Abstrak Di dunia telah terjadi perubahan pola penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, termasukjuga di Indonesia, yang salah satunya adalah kanker. WHO telah mengeluarkan resolusi perang terhadap kanker. Karena tingginya angka kesakitan dan kematian yang diakibatkannya maka diisyaratkan pada semua negara di dunia untuk melakukan program pengendalian penyakit kanker secara nasional. Kebijakan pengendalian penyakit kanker di Indonesia diperkuat dengan diterbitkannya Kepmenkes RI nomor 1163/Menkes/SK/ X/2007 tentang Kelompok Kerja Pengendalian penyakit Kanker Leher Rahim dan Payudara. Kanker Leher rahim menempati urutan kedua penyakit kanker yang diderita perempuan setelah kanker payudara. Menurut WHO, 490.000 perempuan di dunia setiap tahunnya didiagnosa terkena kanker leher rahim dan 80% berada di negara berkembang termasuk Indonesia. Kunci keberhasilan program pengendalian kanker leher rahim adalah skrining yang diikuti dengan pengobatan yang kuat. Deteksi dini kanker leher rahim dapat dilakukan dengan metode yang lebih murah, mudah dan sederhana tetapi memiliki akurasi diagnostik yang cukup tinggi antara lain dengan upaya down staging, yaitu upaya mendapatkan lebih banyak temuan kanker leher rahim stadium dini melalui inspeksi visual dengan melakukan aplikasi asam asetat (IVA). Metode IVA diterapkan sebagai skrining alternatif di kota Banjarbaru karena terbukti efektif dalam menjaring lesi prakanker serta mudah untuk diterapkan dilapangan. Hasil cakupan IVA di Kota Banjarbaru masih sangat rendah, pada tahun 2017 hanya sebesar 4,87%. Untuk meningkatkan cakupan tes IVAdi Kota Banjarbaru, perlu adanya komitmen yang kuat dari pengambil kebijakan untuk mendukung pelaksanaan tes IVA, meningkatkan sosialisasi pentingnya tes IVA sebagai upaya pencegahan dan pengendalian penyakit kanker leher rahim dan meningkatkan akses pelayanan tes IVAdi masyarakat.
Copyrights © 2018