Kutai Kertanegara merupakan salah satu wilayah yang mengalami peralihan tata guna lahan, dari sekotor agraris menjadi ekstraktif dengan berkembangnya pertambangan batubara yang jumlahnya terus meningkat untuk setiap tahunnya. Dalam aktivitasnya, tidak semua proses penambangan batubara berwawasan lingkungan, sehingga meninggalkan kerusakan lahan pascatambang yang ditinggalkan begitu saja oleh pengusaha tambang, seperti yang terjadi di Kelurahan Sarijaya Kecamatan Sangasanga Kabupaten Kutai Kertanegara. Artikel ini bertujuan mengungkap strategi inovasi sosial pada Program Pertanian Terpadu Sistem Inovasi Sosial Kelompok Setaria (Program TANTE SISKA) yang dilakukan oleh Tim CSR PT. Pertamina EP Asset 5 Sangasanga Field bekerjasama dengan berbagai stakeholder dalam menangani permasalahan kerusakan lahan pascatambang batubara. Metode yang digunakan dalam penulisan artikel ini adalah kualitatif-deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa studi literatur yang bersumber dari berbagai sumber referensi yang dapat diakses dan berbagai dokumen laporan pelaksanaan program. Hasil studi menunjukkan bahwa Program TANTE SISKA dengan konfigurasi inovasi sosial yang dilakukan didalamnya telah menunjukkan hasil yang positif dalam memperbaiki kondisi lahan pascatambang dan dapat menciptakan dampak positif bagi para anggota kelompok yang bergabung di dalamnya, baik dalam aspek ekonomi, sosial maupun lingkungan. Berbagai dampak positif tersebut antara lain berupa perbaikan taraf hidup masyarakat, meningkatkan pendapatan anggota kelompok, terciptanya peluang untuk melakukan replikasi pengetahuan oleh anggota kelompok dengan menjadi narasumber mengenai manajemen pertanian terpadu, mengurangi emisi gas rumah kaca dan dilakukannya pencegahan terjadinya bencana pada lahan pascatambang.
Copyrights © 2021