Manusia adalah makluk yang unik sebab sejak masa praeksistensinya dibekali dengan kemampuan bernalar. Kemampuan bernalar ini-lah, yang kemudian menjadi entitas pembeda dengan makluk lainnya. Melalui akal budinya, manusia berinovasi menciptakan teknologi moderen untuk menaklukan alam. Dengan demikian, seluruh tindakan manusia selalu didasari oleh pilihan-pilihan rasional. Lebih dari itu, tindakan manusia tidak semata-mata distimulasi oleh opsi nilai-nilai sosial yang mengikatnya secara sosial. Bahkan, ada tendensi bahwa pertimbangan dominan tindakan manusia secara sosiologis lebih berorientasi pada rasionalitas sarana atau rasionalitas instrumental. Bekerjanya rasionalitas instrumental di dalam pikiran manusia, sebetulnya didasari oleh filsafat pragmatisme. Kata kunci utama dalam epistemologi pragmatisme adalah pengalaman empiris. Pengalaman empiris menuntut hadirnya bukti yang dapat diindrai oleh kelengkapan indrawi manusia. Jadi, pragmatisme telah membidani lahirnya sebuah diskursus intektual baru yakni teknokrasi. Teknokrasi merupakan sebuah diskursus moderen yang dihasilkan dari ketertundukan struktur intersubjektivitas manusia atas hegemoni dan dominasi ”logika” teknologi moderen. Paper ini bertujuan untuk menunjukan ekses-ekses logis atas pemanfaatan rasionalitas instrumental, filsafat pragmatisme, dan teknokrasi terhadap eksistensi manusia. Metode yang digunakan pada riset tekstual ini yakni hermeneutika kritis. Hasil riset menunjukan bahwa piranti saintisme yang tampil dalam “wajah” rasionalitas instrumental, pragmatisme, dan teknokrasi telah memungkinkan terjadinya patologi alienasi eksistensial terhadap manusia.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024