Penelitian ini bertujuan untuk membahas akumulasi modal Korrie Layun Rampan dalam menembus arena sastra Indonesia. Korrie merupakan salah seorang pengarang Indonesia yang terkenal dengan produktivitas dan karya-karyanya yang berkualitas. Pada 1976, ia pernah memenangkan sayembara penulisan roman Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) dengan novelnya yang berjudul Upacara. Hal inilah yang kemudian membuat Korrie mulai dikenal oleh publik sastra Indonesia. Penelitian ini menggunakan teori sosiologi sastra Pierre Bourdieu tentang arena produksi kultural, khususnya tentang modal dan arena. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga modal yang digunakan Korrie untuk menembus arena sastra Indonesia, yaitu modal budaya, sosial, dan simbolik. Modal budaya berupa perpustakaan pribadi milik sang ayah, sering membawa warna lokal Dayak Benuaq dalam karya-karya yang ditulisnya, serta produktif dalam menulis karya-karya sastra yang berkualitas; modal sosial berupa bergabung dengan Persada Studi Klub (PSK), menjadi pengajar, wartawan, editor, redaktur, anggota DPRD Kutai Barat, serta bergabung dengan sejumlah komunitas sastra dan budaya; modal simbolik berupa legitimasi dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), majalah Horison, serta berbagai penghargaan dan apresiasi yang diberikan kepadanya. Dengan mengakumulasi semua modal tersebut, posisi Korrie di arena sastra Indonesia pun kian kokoh dan spesifik.Kata kunci: modal, arena, sastra, Korrie Layun Rampan, Pierre Bourdieu
Copyrights © 2024