Retardasi mental merupakan kondisi kurangnya intelegensia dengan karakteristik seperti kurangnya daya ingat, konsentrasi, serta perilaku agresif yang tidak terkontrol. Kondisi tersebut dapat mengarah pada masalah kesehatan jiwa risiko perilaku kekerasan yang seringkali beriringan dengan halusinasi. Prevalensi psikosa dalam kurun waktu seumur hidup lebih tinggi terjadi pada individu dengan disabilitas intelektual ringan, hal tersebut dapat berisiko timbulnya gejala psikosa berulang. Seorang pasien laki-laki berusia 19 tahun dengan riwayat retardasi mental ringan dilakukan perawatan di RSJ X akibat mengamuk dan mengatakan halusinasi kembali muncul. Gejala tersebut terjadi berulang sejak pasien berusia 15 tahun. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan halusinasi dan perilaku kekerasan pasien retardasi mental ringan. Asuhan keperawatan dilakukan dengan memberikan upaya pengontrolan halusinasi dan perilaku kekerasan melalui latihan asertif. Hasil studi menunjukkan pasien RM ringan memiliki kecenderungan kurangnya pengontrolan emosi dan berulang kali mengalami gejala psikosa yakni halusinasi penglihatan berupa melihat bayangan seseorang atau bundaran hitam serta pendengaran berupa bisikan yang mengarahkan risiko perilaku kekerasan. Hal tersebut biasa terjadi ketika sedang sendiri atau sepi. Perilaku kekerasan ditunjukkan dengan mengamuk, berteriak, dan memukul. Pasien mampu menceritakan kejadian terdahulu namun belum dapat mengontrol emosi dan halusinasinya dengan optimal. Kasus ini menggarisbawahi adanya kemungkinan karakteristik retardasi mental melatarbelakangi gejala psikotik terjadi berulang.
Copyrights © 2024