Pasien-pasien kritis mengalami perubahan hemodinamika pada berbagai sistem diantaranya kardiovaskuler, sistem integumen, sistem musculoskeletal, sistem eliminasi urine. Pengawasan hemodinamik dapat dilaksanakan melalui metode tidak langsung (non-invasif) maupun metode langsung (invasif). mobilisasi berupa active passive mobilitation, membuktikan aman dilakukan di unit perawatan intensif. Metode penelitian ini mengunakan kuantitatif pre eksperimen dengan desain pre dan post test. Sampel penelitian ini menggunakan incidental sampling yang berada pada ruangan ICU. Instrument yang digunakan yaitu sphygmomanometer, jam saku, oximeter. Pengumpulan data menggunakan lembar observasi pre dan post test. Hasil penelitian dari 10 responden post intervensi hemodinamika didapatkan untuk Tekanan Darah Sistole memiliki Mean post 134,00mmHg, Tekanan Diastole memiliki Mean post intervensi 84,80mmHg, Nadi memiliki Mean post intervensi 86,60x/menit, Respirasi memiliki Mean post intervensi 20,20x/menit, serta SpO2 memiliki Mean post intervensi 98,10%. Uji statistik parametrik dan non parametrik didapatkan komponen hemodinamika memiliki pengaruh setelah dilakukan intervensi yaitu Sistole dengan p-value 0,028, diastole dengan p-value 0,028, nadi dengan p-value 0,005, SpO2 dengan p-value 0,005 dimana < 0,05 artinya memiliki pengaruh secara signifikan. Respirasi dengan p-value 0,343 dimana > 0,05 artinya tidak memiliki pengaruh secara signifikan setelah diberikan intervensi. Kesimpulannya Latihan rom pasif dapat meningkatkan hemodinamika pasien namun tidak dengan respirasi dengan sifat yang fluktuaktif berdasarkan gangguan penyakit penyerta. Rom pasif dapat membantu melancarkan sirkulasi perifer pada pasien dengan tingkat tirah baring dengan waktu yang lama sehingga dianjurkan bagi pasien dengan gangguan hemodinamika
Copyrights © 2024