Pabrik Gula Kedawoeng memiliki kapasitas produksi 2.400 TCD. Kristal gula diperoleh dari evaporasi nira bertingkat 5 efek (quintuple-effect evaporator) bersuplai pemanas berupa uap bekas ketel. Parameter keberhasilan unit evaporator adalah konsentrasi nira produk 64% brix. Namun, pada kondisi tertentu ditemukan nira 58% brix yang diakibatkan perubahan tekanan uap bekas dari 0,6 kg/cm2 menjadi 0,4 kg/cm2. Tujuan penelitian ini menganalisis karakteristik perpindahan panas akibat perubahan tekanan uap bekas terhadap konsentrasi nira tiap efek. Penelitian dilakukan dengan perhitungan neraca panas dengan data eksperimental: brix nira, temperatur uap, laju uap, dan titik didih nira. Didapatkan panas total sistem pada tekanan 0,6 kg/cm2 dan 0,4 kg/cm2 berturut-turut 470.823,06 kJ/kg dan 453.088,55 kJ/kg. Tren nilai U semakin turun tiap efek, dengan tekanan uap bekas lebih yang lebih rendah. Hal yang sama ditemui pada laju perpindahan panas, dengan beda nilai yang insignifikan. Area pemanas tiap efek dihitung pada tekanan 0,4 kg/cm2 berturut-turut sebesar 1806,095 m2; 900,37 m2; 943,45 m2; 941,33 m2; 438,68 m2, sedangkan tekanan 0,6 kg/cm2 area pemanas sebesar 1650,63 m2; 816,08 m2; 806,7 m2; 757,78 m2; 679,37 m2. Area pemanas pada tekanan 0,4 kg/cm2 bernilai lebih tinggi dari keadaan aktual sebesar 1800 m2 untuk efek 1 dan 900 m2 untuk efek 2 – 5, berdampak pada transfer panas yang tidak maksimal. Area pemanas dan panas total sistem pada tekanan 0,6 kg/cm2 diharapkan dapat menjadi parameter kontrol proses tambahan untuk mencapai konsentrasi nira produk 64% brix.
Copyrights © 2022