AbstractCatfish is one type of freshwater fish that has a very high economic value so that catfish is one of the fishery commodities that is very popular with the public. PT Ikan Bangun Indonesia is a place that cultivates and sells catfish with a biofloc cultivation system and is located in Cimanggu, Bogor, West Java. The purpose of this case study is to identify risk events and risk agents found in the cultivation of catfish at PT Ikan Bangun Indonesia to be evaluated and find the most ideal risk mitigation. The research method used is qualitative. The data sources used come from primary and secondary data. Risk identification is carried out by interview and direct observation to the relevant division so that there are 14 risk events and 41 causative agents of risk events. Based on the HOR 1 measurement, the ARP value is obtained which shows that A17 (Catfish seeds fail to adapt) occupies the first priority position with its ARP value of 3,420. From the results of the HOR 2 calculation, it can be concluded that the most ideal mitigation to be carried out is controlling the pond irrigation equipment regularly, selecting incoming seeds and not accepting sick seeds, and using water reservoirs to settle impurities from water sources.Keywords : Farming; Catfish; Risk Mitigation; House of RiskAbstrakIkan lele adalah salah satu jenis dari ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis sangat tinggi sehingga ikan lele menjadi salah satu komoditas perikanan yang sangat digemari oleh masyarakat. PT Ikan Bangun Indonesia merupakan tempat yang membudidayakan dan memperjualkan ikan lele dengan sistem budidaya bioflok dan berlokasi di Cimanggu, Bogor, Jawa Barat. Tujuan dari studi kasus ini adalah mengidentifikasi kejadian risiko (risk event) dan agen penyebab kejadian risiko (risk agent) yang terdapat pada budidaya ikan lele di PT Ikan Bangun Indonesia untuk dapat dievaluasi dan menemukan mitigasi risiko paling ideal. Metode penelitian yang digunakan yaitu kualitatif. Sumber data yang digunakan berasal dari data primer dan sekunder. Menggunakan House Of Risk untuk melakukan analisis risiko. Identifikasi risiko dilakukan dengan wawancara dan observasi langsung kepada divisi yang berkaitan sehingga terdapat 14 kejadian risiko dan 41 agen penyebab kejadian risiko. Berdasarkan pengukuran HOR 1 didapatkan nilai ARP yang menunjukkan bahwa A17 (Benih lele gagal beradaptasi) menempati posisi prioritas pertama dengan nilai ARP nya adalah 3.420. Sedangkan A5 menempati posisi prioritas ke 41 atau terakhir dengan nilai ARP 3. Dari hasil perhitungan HOR 2, dapat disimpulkan bahwa mitigasi yang paling ideal untuk dilakukan yaitu melakukan kontrol terhadap peralatan pengairan kolam secara rutin, melakukan seleksi benih yang masuk dan tidak menerima benih yang sakit, dan penggunaan penampungan air untuk mengendapkan kotoran yang berasal dari sumber air.Kata Kunci: Budidaya; Ikan Lele; Mitigasi Risiko; House of Risk
Copyrights © 2024