ABSTRACTTongue language (glossolalia) is a spiritual gift that has become a phenomenon in Christian spiritual life. This phenomenon has been associated with almost all revival movements within the Christian church, including the charismatic renewal movement. The use of tongues in worship, not a few frictions lead to divisions; some see it as a sign, while others see it as a mere gift. The focus and objective of this article is to explore the implementation of glossolalia in the contemporary church from the perspective of Pentecostal philosophy. The method used in this study is an analysis of the history of tongues in the early Church era with a qualitative approach. An approach method in philosophy that focuses on proof (verification) where in order for a statement to have meaning it must really be defined (analytical) or provable (synthetic). Pentecost was the beginning of God pouring out the Holy Spirit on the church and 120 of them started speaking in other languages/tongues and continued in the early church in the Acts of the Apostles (ontology). Tongues is a gift of the Holy Spirit which is given according to His will to believers to carry out their functions in the body of Christ according to His call. When someone speaks in tongues, he is not actually speaking himself, but it is the Spirit within him who is speaking (epistemology). The benefits of speaking in tongues are as follows: the language of prayer, as a means of self-development, and building emotional intelligence and to communicate with God (axiology).Keywords: existence, tongues, pentecost, church.ABSTRAKBahasa lidah (glossolalia) merupakan salah satu karunia rohani yang telah menjadi fenomena di dalam kehidupan spiritual kristen. Fenomena ini telah dihubungkan dengan hampir semua gerakan kebangkitan dalam gereja Kristen, termasuk di dalamnya gerakan pembaharuan kharismatik. Penggunaan bahasa lidah dalam ibadah, tidak sedikit friksi berujung pada perpecahan; ada yang menganggapnya sebagi tanda, dan sebaliknya melihatnya sekadar karunia semata. Fokus dan Tujuan artikel ini adalah mengeksplorasi implementasi glosolalia pada gereja masa kini dari sudut pandang Filsafat Pentakosta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis terhadap sejarah bahasa lidah era Gereja mula mula dengan pendekatan metode Kualitatif. Suatu metode pendekatan dalam filsafat yang memusatkan perhatian pada pembuktian (verifikasi) dimana supaya pernyataan mempunyai arti ia harus benar-benar dapat didefinisikan (analitis) atau dapat dibuktikan (sintetis). Pentakosta merupakan awal Tuhan mencurahkan Roh Kudus ke atas gereja dan 120 dari mereka mulai berbicara dalam bahasa lain /lidah dan terus berlanjut pada gereja mula-mula di Kisah Para Rasul (ontologi). Bahasa lidah merupakan karunia Roh Kudus yang diberikan seturut kehendak-Nya kepada orang percaya untuk menjalankan fungsinya di dalam tubuh Kristus sesuai dengan panggilan-Nya. Seseorang ketika mengucapkan bahasa lidah, sebenarnya ia tidak sedang berbicara sendiri, melainkan Roh yang ada di dalam dirinya itulah yang berbicara (epistemologi). Manfaat bahasa lidah sebagai berikut: sebagai bahasa doa, sebagai sarana membangun diri sendiri, dan membangun kecerdasan emosional dan untuk berkomunikasi dengan Allah (aksiologi).Kata kunci: eksistensi, bahasa lidah, pentakosta, gereja.
Copyrights © 2023