Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Does One Secure Their Own Salvation? Analysis on Continue to Work Out Your Salvation Suparyadi, Zakharia; Hariyanto, Hariyanto; Siregar, Sahat; Tumbelaka-Wieland, Josephine Mariana
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 8 No 2 (2024): July 2024
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/ejti.v8i2.724

Abstract

Though conceptually different, Sayyed Hosein Nashr and Hans Kung's ideas on salvation share the same theological characteristics, which includes emphasizing the need of teaching kindness in order to achieve salvation. There is an inconsistency between this concept with the Bible. Luther believed that people are justified by faith and that this is the concept of salvation. What about the advice to "continue to work out your salvation" in Philippians 2:12? What type of salvation do believers achieve? Researchers are interested in gaining a comprehensive understanding of Philippians 2:12. The author notes that many members of the congregation lack a full grasp of the concept of salvation. This study aims to thoroughly explore the idea of "continue to work out your salvation" as presented in Philippians 2:12, employing qualitative methods such as textual and literary analysis. First, carry out in-depth text studies and observations on Philippians 2:12-18; secondly, build an exposition framework based on the collected data information. The research findings divide Philippians 2:12-18 into several components: a life of ongoing spiritual renewal (a transformative process encompassing spiritual growth, relational dynamics, and communal aspect) and a life that shines as a light (aligning with Jesus). Salvation is not stagnant but dynamic and demands active, progressive act. Good deeds stem from a proper response to the gifts received.
Eksistensi bahasa lidah dalam perspektif Pentakosta pada gereja masa kini Suparyadi, Zakharia; Pakpahan, Gernaida; Tumbelaka-Wieland, Josephine Mariana
Davar : Jurnal Teologi Vol 4, No 2 (2023): Desember
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v4i2.109

Abstract

ABSTRACTTongue language (glossolalia) is a spiritual gift that has become a phenomenon in Christian spiritual life. This phenomenon has been associated with almost all revival movements within the Christian church, including the charismatic renewal movement. The use of tongues in worship, not a few frictions lead to divisions; some see it as a sign, while others see it as a mere gift. The focus and objective of this article is to explore the implementation of glossolalia in the contemporary church from the perspective of Pentecostal philosophy. The method used in this study is an analysis of the history of tongues in the early Church era with a qualitative approach. An approach method in philosophy that focuses on proof (verification) where in order for a statement to have meaning it must really be defined (analytical) or provable (synthetic). Pentecost was the beginning of God pouring out the Holy Spirit on the church and 120 of them started speaking in other languages/tongues and continued in the early church in the Acts of the Apostles (ontology). Tongues is a gift of the Holy Spirit which is given according to His will to believers to carry out their functions in the body of Christ according to His call. When someone speaks in tongues, he is not actually speaking himself, but it is the Spirit within him who is speaking (epistemology). The benefits of speaking in tongues are as follows: the language of prayer, as a means of self-development, and building emotional intelligence and to communicate with God (axiology).Keywords: existence, tongues, pentecost, church.ABSTRAKBahasa lidah (glossolalia) merupakan salah satu karunia rohani yang telah menjadi fenomena di dalam kehidupan spiritual kristen. Fenomena ini telah dihubungkan dengan hampir semua gerakan kebangkitan dalam gereja Kristen, termasuk di dalamnya gerakan pembaharuan kharismatik. Penggunaan bahasa lidah dalam ibadah, tidak sedikit friksi berujung pada perpecahan; ada yang menganggapnya sebagi tanda, dan sebaliknya melihatnya sekadar karunia semata. Fokus dan Tujuan artikel ini adalah mengeksplorasi implementasi glosolalia pada gereja masa kini dari sudut pandang Filsafat Pentakosta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis terhadap sejarah bahasa lidah era Gereja mula mula dengan pendekatan metode Kualitatif. Suatu metode pendekatan dalam filsafat yang memusatkan perhatian pada pembuktian (verifikasi) dimana supaya pernyataan mempunyai arti ia harus benar-benar dapat didefinisikan (analitis) atau dapat dibuktikan (sintetis). Pentakosta merupakan awal Tuhan mencurahkan Roh Kudus ke atas gereja dan 120 dari mereka mulai berbicara dalam bahasa lain /lidah dan terus berlanjut pada gereja mula-mula di Kisah Para Rasul (ontologi). Bahasa lidah merupakan karunia Roh Kudus yang diberikan seturut kehendak-Nya kepada orang percaya untuk menjalankan fungsinya di dalam tubuh Kristus sesuai dengan panggilan-Nya. Seseorang ketika mengucapkan bahasa lidah, sebenarnya ia tidak sedang berbicara sendiri, melainkan Roh yang ada di dalam dirinya itulah yang berbicara (epistemologi). Manfaat bahasa lidah sebagai berikut: sebagai bahasa doa, sebagai sarana membangun diri sendiri, dan membangun kecerdasan emosional dan untuk berkomunikasi dengan Allah (aksiologi).Kata kunci: eksistensi, bahasa lidah, pentakosta, gereja.
Ilham Allah dalam inneransi Alkitab Suparyadi, Zakharia; Eppang, Paulus; Zebua, Yaterorogo; Saputro, Mihardo
Davar : Jurnal Teologi Vol 5, No 1 (2024): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v5i1.154

Abstract

ABSTRACTThe Bible is a book of instructions and a guide for Christians that serves to teach, reveal errors, correct behavior and educate people in the truth. The Bible consists of 39 Old Testament books and 27 New Testament books which are believed to be the Word of God. The focus of this research is the development of the results of the study of the book "Vital Issues in the Inerrancy Debate" written by Geisler and based on a question: Is there really a role of God's Inspiration in the inerrancy of the Bible? And what are the functions of God's Inspiration in the inerrancy of the Bible? The purpose of this research is to produce a new study of the role of Divine Inspiration in the inerrancy of the Bible that can provide theoretical benefits. The method used in this research is qualitative, namely by studying the entire Bible, compiling information about doctrine by correlating it and trying to understand what is written, and finally seeing the culmination of Divine revelation. The results of the study of the role of God's Inspiration in the inerrancy of the Bible are as a leader, encourage and controller of the writers of the Bible. Keywords: Inspiration of God, Inerrancy, Bible. ABSTRAKAlkitab merupakan buku petunjuk dan penuntun hidup bagi orang Kristen yang berfungsi untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Alkitab terdiri dari 39 Kitab Perjanjian Lama dan 27 Kitab Perjanjian Baru yang diyakini sebagai Firman Allah. Fokus penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil kajian buku “Vital Issues in the Inerrancy Debate” yang ditulis oleh Geisler dan mendasarkannya pada sebuah pertanyaan: Benarkah ada peran Ilham Allah dalam inerrancy Alkitab? Dan berfungsi sebagai apa saja Ilham Allah dalam inerrancy Alkitab? Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan sebuah kajian baru terhadap peranan Ilham Ilahi dalam inerrancy Alkitab yang dapat memberikan manfaat teoritis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif, yaitu dengan mempelajari keseluruhan Alkitab, menyusun informasi tentang doktrin dengan mengkorelasikannya serta berusaha mengerti apa yang tertulis, dan akhirnya melihat kulminasi dari wahyu Ilahi. Hasil dari penelitian peranan Ilham Allah dalam inerrancy Alkitab adalah sebagai memimpin, mendorong dan pengontrol para penulis Alkitab. Kata Kunci: Ilham Allah, Ketidakbersalahan, Alkitab.
Mengintegrasikan Bisnis dan Pelayanan: Pandangan Alkitabiah tentang Hamba Tuhan yang Mengabdi di Dunia Eppang, Paulus; Suparyadi, Zakharia; Hariyanto, Hariyanto
Journal of Religious and Socio-Cultural Vol 5 No 2 (2024): Journal of Religious and Socio-Cultural Vol.5 No.2 (October 2024)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Widya Agape dan Perkumpulan Teolog Agama Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/jrsc.v5i2.276

Abstract

The concept of a servant of God doing business and serving is an important intersection of faith and entrepreneurship. A servant of God should be able to effectively integrate spiritual beliefs into business practices to advance the Kingdom of God, using various scientific perspectives. The purpose of this paper is: to provide an understanding of the concept of a servant of God doing business and serving simultaneously according to the biblical perspective as well as its implementation. This research uses library research, which makes literature data as a theory to be studied and examined in obtaining hypotheses or conceptions to obtain objective results and then arranged systematically and structured. This research explains, first: there is no difference between “secular or spiritual” work in the view of God and the Bible. Second: a servant of God who serves and works must be able to be salt and light and influence positively so as to change the situation. Third: the life of a servant of God who serves needs to always keep his heart and spirit burning in serving God even though he also has to work outside the church to reach the world for God's kingdom. Konsep hamba Tuhan berbisnis dan melayani merupakan hal yang penting antara iman dan kewirausahaan. Seorang hamba Tuhan harus dapat secara efektif mengintegrasikan keyakinan spiritual ke dalam praktik bisnis untuk memajukan Kerajaan Allah, dengan menggunakan berbagai perspektif ilmiah. Tujuan penulisan ini adalah: untuk memberikan pemahaman tentang konsep hamba Tuhan yang melakukan bisnis dan melayani secara bersamaan menurut sudut pandang Alkitab serta implementasinya. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan, yaitu menjadikan data-data kepustakaan sebagai teori untuk dikaji dan ditelaah dalam memperoleh hipotesa atau konsepsi untuk mendapatkan hasil yang objektif kemudian disusun secara sistematis dan terstruktur. Penelitian ini menjelaskan, pertama: tidak ada perbedaan antara pekerjaan “sekuler atau rohani” dalam pandangan Allah maupun Alkitab. Kedua: seorang hamba Tuhan yang melayani dan bekerja harus mampu menjadi garam dan terang serta mempengaruhi secara positif sehingga mengubah keadaan. Ketiga: kehidupan hamba Tuhan yang melayani perlu untuk senantiasa menjaga hati dan rohnya untuk terus menyala-nyala dalam melayani Tuhan meski juga harus bekerja di luar gereja untuk menjangkau dunia bagi kerajaan Allah.
Mengintegrasikan Teknologi dan Spiritualitas: Kepemimpinan Gereja di Era 5.0 Zebua, Yaterorogo; Suparyadi, Zakharia; Hariyanto, Hariyanto
Indonesian Journal of Religious Vol. 7 No. 2 (2024): Indonesian Journal of Religious, Vol.7, No.2 (October 2024)
Publisher : LPPM - Sekolah Tinggi Teologi Indonesia Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46362/ijr.v8i2.37

Abstract

Church leadership in the 5.0 era refers to how the church and its leadership adapt to the continuous changes of the times. Church leaders need to understand the role of technology in the life of modern society (the use of social media and digital communication) to reach out and deliver the message of Christian faith in the development of congregational spirituality. The purpose of this paper is: how a church leader adapts to the rapidly changing times and how church leaders use social media, online church streaming, and digital communication to develop congregational spirituality. This research uses a qualitative method of literature through books, journals, and other sources that are in accordance with the topic of discussion. This research explains that: first, church leaders must rethink the approach that has been done so far to be in line with the Gospel and the core values of faith as well as the reality of contemporary society. Second, social media platforms have emerged as an important tool for church leaders to communicate their messages, foster community, and enhance outreach efforts.   Kepemimpinan gereja di era 5.0 merujuk pada bagaimana gereja dan kepemimpinannya beradaptasi dengan perubahan zaman yang berkelanjutan. Pemimpin gereja perlu memahami peran teknologi dalam kehidupan masyarakat modern (penggunaan media sosial dan komunikasi digital) untuk menjangkau dan menyampaikan pesan iman kekristenan dalam pengembangan spiritualitas jemaat. Tujuan penulisan ini adalah bagaimana seorang pemimpin gereja beradaptasi dengan perubahan zaman yang cepat dan bagaiman pemimpin gereja menggunakan media sosial, streaming gereja secara online, dan komunikasi digital untuk mengembangkan spiritualitas jemaat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif kepustakaan melalui buku, jurnal, dan sumber lain yang sesuai dengan topik pembahasan. Penelitian ini menjelaskan bahwa: pertama, pemimpin gereja harus memikirkan ulang pendekatan yang telah dilakukan selama ini agar selaras dengan Injil dan nilai-nilai inti iman serta realitas masyarakat kontemporer. Kedua, Platform media sosial telah muncul sebagai alat penting bagi para pemimpin gereja untuk mengomunikasikan pesan mereka, membina komunitas, dan meningkatkan upaya penjangkauan.
Konsep keselamatan Universalisme, Calvinisme dan Armenianisme serta implementasinya di GKSI Betlehem ITC Kuningan Jakarta Suparyadi, Zakharia; Sugianto, Paulus; Triono, Yohanes Eko; Yusuf, Hartono
Davar : Jurnal Teologi Vol 6, No 1 (2025): Juni
Publisher : Sekola Tinggi Teologi Sangkakala Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.55807/davar.v6i1.216

Abstract

ABSTRACTSalvation is a crucial aspect of human life, especially in relation to life after death. Each religion has a different understanding of how to attain salvation, including Christianity, which embraces diverse theological perspectives such as Universalism, Calvinism, and Arminianism. These three perspectives are often debated because each has its own foundation and interpretation of God's Word. However, based on biblical truth, the most harmonious view is Arminianism, which affirms that salvation is a gift from God through faith in Jesus Christ, but requires a human response of faith, repentance, and ongoing faithfulness.This study aims to explain the biblical concept of salvation and its application to GKSI Bethlehem ITC Kuningan Jakarta. The method used is a qualitative method with a descriptive approach and inductive analysis to explore in-depth theological understanding based on biblical sources. The results show that salvation is a free gift from God given through faith in Jesus Christ, not the result of human effort, but rather a work of God's grace through Christ's death and resurrection. However, humans still have a responsibility to respond to this gift with faith, repentance, and ongoing faithfulness. Keywords: Salvation, Universalism, Calvinism, Arminianism, Grace of God. ABSTRAK Keselamatan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan manusia, terutama dalam kaitannya dengan kehidupan setelah kematian. Setiap agama memiliki pemahaman berbeda tentang cara memperoleh keselamatan, termasuk dalam kekristenan yang memiliki beragam pandangan teologis seperti Universalisme, Calvinisme, dan Arminianisme. Ketiga pandangan ini sering menjadi perdebatan karena masing-masing memiliki dasar dan penafsiran terhadap firman Tuhan yang berbeda. Namun, berdasarkan kebenaran Alkitab pandangan yang paling selaras adalah Arminianisme, yang menegaskan bahwa keselamatan merupakan anugerah Allah melalui iman kepada Yesus Kristus, tetapi menuntut tanggapan manusia berupa iman, pertobatan, dan kesetiaan yang terus-menerus.Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan konsep keselamatan menurut Alkitab dan penerapannya bagi GKSI Betlehem ITC Kuningan Jakarta. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dan analisis induktif untuk menggali pemahaman teologis secara mendalam berdasarkan sumber-sumber Alkitabiah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keselamatan adalah anugerah Allah yang diberikan secara cuma-cuma melalui iman kepada Yesus Kristus, bukan hasil usaha manusia, melainkan karya kasih karunia Allah melalui kematian dan kebangkitan Kristus. Namun demikian, manusia tetap memiliki tanggung jawab untuk merespons anugerah tersebut dengan iman, pertobatan, dan kesetiaan yang berkelanjutan. Kata kunci: Keselamatan, Universalisme, Calvinisme, Arminianisme, Anugerah Allah