Studi ini mengkaji bagaimana identitas berkembang sebagai sebuah pilihan melalui kasus orang-orang Batak Toba yang bermigrasi ke wilayah pantai Timur Sumatera di wilayah perbatasan Asahan. Perantauan dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan keterputusan terhadap wilayah asal dan kekaburan silsilah tarombo, seperti pada kasus Simargolang dan Nahombang marga raja-raja kampung, sebagai unit analisis studi. Strategi adaptasi memudahkan perpindahan dilakukan melalui pengambilan identitas Melayu-Islam dengan cara mengganti nama diri, penyembunyian marga dan masuk Islam. Siasat adaptasi tersebut dilakukan orang Batak Toba disebabkan menguatnya konflik kelompok kesukuan antara Melayu-Islam dengan kelompok suku lain di wilayah pesisir Pantai Sumatera, kaitannya dengan politik kolonisasi Belanda. Studi ini menemukan sesungguhnya istilah Pardembanan adalah konstruksi sosial dari orang luar kelompok mereka, konstruksi para etnografer, penulis sejarah awal serta bentukan kolonial Belanda yang kemudian dilanjutkan para peneliti tentang studi migran Batak Toba untuk membedakan migran Batak Toba berdasarkan karakternya. Satu karakter penting pada orang Batak Pardembanan adalah masuknya pengaruh Islam sebagai unsur utama pada praktik kehidupan mereka. Pada konteks studi Antropologi tentang identitas kelompok sosial temuan penelitian ini signifikan menunjukkan bahwa identitas merupakan pilihan dan ditentukan kelompok sosial itu sendiri.
Copyrights © 2023