cover
Contact Name
M. Yaser Arafat
Contact Email
jurnalsosiologiagama@uin-suka.ac.id
Phone
+6281370980853
Journal Mail Official
jurnalsosiologiagama@uin-suka.ac.id
Editorial Address
1st Floor, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran IslamJalan Marsda Adisucipto Yogyakarta, 55281Telpon/Fax: +62274 512156/+62274512156 E-mail: jurnalsosiologiagama@gmail.com; jurnalsosiologiagama@uin-suka.ac.id
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Sosiologi Agama
ISSN : 19784457     EISSN : 2548477X     DOI : https://doi.org/10.14421/jsa.
Jurnal Sosiologi Agama mengundang para ilmuwan, peneliti, dan siswa untuk berkontribusi dalam penelitian dan penelitian mereka yang terkait dengan bidang sosiologi agama, masyarakat beragama, masyarakat multikultural, perubahan sosial masyarakat beragama, dan relasi sosial antar agama yang mencakup penyelidikan tekstual dan lapangan dengan perspektif sosiologi dan sosiologi agama.
Articles 195 Documents
Representasi Konsep Kecantikan dalam Video Music SNSD Gee Rima Nusantriani Banurea
Jurnal Sosiologi Agama Vol 9, No 2 (2015)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1013.234 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2015.092-08

Abstract

Beauty is never ending concept. It always redefined,renewed, and reconstructed by actor who have a power likemedia to socializing and spreading it into the world. Thereforemedia can changing and determining what is the right conceptof beauty not only for now but also for future. Music Video isone of many forms of media which can spreading any ideas orconcepts like beauty amazingly through both a song and thestory. The successful of Music Video Gee makes Korean GirlBand, SNSD, famous and gets a lot attention from manycountries, like Indonesia. This Music Video is very fresh anddifferent from the other Music Videos of Korean Girl Band orBoy Band at that time. But, Music Video Gee is not neutral. Inthat video, there is hidden concept of beauty which trying torepresented by SNSD. This article will analyzing what is thecode of beauty like and how is the beauty represented in thatvideo.Keyword: Beauty, Music, Representation.
Radikalisme Islam dalam Media Sosial (Konteks; Channel Youtube) Puji - Harianto
Jurnal Sosiologi Agama Vol 12, No 2 (2018)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (11.528 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2018.122-07

Abstract

Abstract;Globalisasi sebagai proses sejarah dan trend ekonomi telah memberi pengaruh pada struktur sosial masyarakat, tak terkecuali pada agama. Pada titik ekstremnya, globalisasi telah mempertemukan banyak budaya dalam satu waktu dan melahirkan budaya-budaya baru dalam masyarakat. Sekat pemisah yang sakral-profan atau lokal-global telah memudar. Dalam bidang agama, entitas sacral (ajaran) tidak lagi menjadi konsumsi pribadi bagi pemeluknya semata, tapi melintas ke semua pemeluk agama. Dari sekian ajaran agama tersebut, radikalisme menjadi isu yang trend di era media hari ini. Radikalisme tidak lagi diproduksi dan disebarkan oleh satu kelompom tertutup, melainkan sudah mendunia. Media yang digunakan sangat beragam, salah satunya channel Youtube. Dalam channel Youtube, konten radikalisme meliputi tiga hal (ciri); mengajarkan puritanisme, anti pada sistem negara serta intoleransi SARA. Dalam tulisan ini, tiga channel Youtube yang diamati (Media Dakwah Sunnah, Cahaya Islam, Cahaya Tauhid) telah memenuhi syarat sebagai media sosial radikal. Dengan menggunakan teori simulacrum Baudrillard, apa yang disampaikan oleh channel tersebut dilihat sebagai tawaran realitas baru terhadap kenyataan sosial yang sedang berlangsung. Ia memiliki banyak makna tafsir, tak ada kejelasan tentang yang asli/palsu serta tiap orang bebas mengartikulasikannya. Kesimpulannya, bahwa media Youtube tersebut bisa saja menginspirasi, menggerakkan dan mempengaruhi cara pandang seseorang. Pada akhirnya, makna simulacrum dalam media Youtube yang dijadikan realitas keseharian adalah tafsiran yang mendekati kenyataan lampau. atau jika tidak, tafsiran yang bisa mewakili, mendeskripsikan dan mencirikan kelompok masyarakat tertentu. Saat ada kesesuaian antara makna baru dari simulacra tersebut, maka proses reproduksi menjadi keharusan yang harus dilakukan setiap saat. Keywords; Agama, Channel Youtube, Radikalisme
DISKURSUS KONTESTASI AGAMA DAN NEGARA: Reposisi Tauhid Sosial dan Nilai-nilai Pancasila (Kajian terhadap QS. al-Kᾱfirūn dan al-Ikhlᾱs) Nuril Fajri
Jurnal Sosiologi Agama Vol 14, No 1 (2020)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (260.497 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2020.141-01

Abstract

Indonesian people are currently experiencing shocks, one of the biggest causes is because of the many differences that cause problems such as blaming each other, truth claim between groups, hostility, crime, even to the belief between fellow believers of Islam that undermine the moral and aqidah of the nation's children. In this case, the QS. Al-Ikhlas and QS. Al-Kafirun contains the concept of Sufism as a cornerstone of social Tauhid teaching to bridge the truth claim between the group. The author also sees the repositioning of social Tauhid and the values of Pancasila as the philosophy of the nation. This type of research is qualitative, with libraries research and paragraph interpretation theory in finding understanding of both relationships. From the study found that the concept of the state could not be released from religion. The existence of the country is a necessity according to religion. Principles of the almighty Godhead and the concept of Tauhid contained in the QS. Al-Kafirun and QS. Al-Ikhlas binds and regulates the relations of Hablum min Allᾱh and Hablum min An-Nᾱs, including issues of plurality of people and principles of Sufism in the context of Indonesia. In the hierarchy structure of Pancasila, the almighty Godhead is the first to be the teaching of Tauhid, and by the principle of Tauhid can educate the morality of the nation and maintain the purity of Tauhid and avoid from the seasonality and unbelief in The context of the Indonesian nation that is peaceful and prosperous.
DISKRIMINASI INTERNAL PADA KOMUNITAS WARIA PEKERJA SALON DI YOGYAKARTA Afaf Maulida
Jurnal Sosiologi Agama Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (512.038 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2016.102-07

Abstract

Selain menjadi bagian dari wacana gender, LGBT juga tidak dapat dipisahkan dari permasalahan sosial, budaya, dan agama karenasemua itu memiliki hubungan yang saling berkaitan. Salah satu dari wacana LGBT yang perlu mendapatkan perhatian adalah soal transgender atau waria.Apabila ditinjau lebih jauh,terdapat diskriminasi internal pada komunitas waria pekerja salon di Yogyakarta. Dalam tulisan ini menyatakan bahwa di dalam komunitas waria-waria pekerja salon terdapat dua klasifikasi waria, yaitu kelompok waria kelas atas dan kelompok waria kelas bawah. Adanya klasifikasi inilah yang menjadi titik tolak adanya diskriminasi internal di kalangan waria pekerja salon di Yogyakarta. Kelompok waria kelas atas ini yang menjadi pelaku diskriminasi terhadap kelompok waria kelas bawah. Adapun bentuk-bentuk diskriminasi yang dialami mereka adalah marginalisasi, stereotip, subordinasi, dan kekerasan. Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi terjadinya diskriminasi internal seperti faktor ekonomi, faktor gender, faktor agama, dan faktor sosial budaya. Dampak yang dirasakan oleh kelompok waria kelas bawah juga meliputi beberapa aspek, di antaranya secara ekonomi dan sosial.Kata kunci: waria, diskriminasi, analisis kelas, pekerja salon
Gerakan Oposisi Islam Masa Reformasi (Studi Terhadap Majelis Mujahidin Indonesia) Syaifudin Zuhri
Jurnal Sosiologi Agama Vol 1, No 1 (2007)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3665.75 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2007.011-04

Abstract

Gerakan oposisi MMI, memiliki tiga kekhasan, yaitu: dari aspek gagasan politik, gagasan MMI yang diantaranya pertama, MMI berkeyakinan bahwa Islam mengatur persoalan negara. Argumen ini didasarkan pada konsepsi bahwa Islam telah mengatur semua sendi kehidupan manusia, dari masalah duniawi sampai ukhrawi. Oleh karena itu, Islam bagi MMI adalah entitas yang tidak bisa dipisahkan dari negara (al-islam huwa al din wa al-dawlah). Kedua, pandangan penyatuan agama dan negara ini pada akhirnya mensyaratkan kedaulatan agama, yakni berupa negara Islam. Ketiga, pandangan MMI tentang pelaksanaan syariah Islam. Resistensi MMI terhadap negara adalah bentuk oposisi yang bekerjasama dengan beroperasi dalam sistem politik yang ada sekaligus oposisi yang berpartisipasi aktif dalam pemerintahan melalui aliansi atau koalisi dengan kekuatan-kekuatan politik.Kata Kunci: Oposisi, Syariah, Khilafah.
KEDUDUKAN YESUS DALAM AJARAN KRISTEN SAKSI YEHUWA Roni Ismail
Jurnal Sosiologi Agama Vol 11, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (421.848 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2017.112-08

Abstract

Abstrak:Ajaran Kristen mainstream mengimani dogma Tritunggal, di mana Allah, Yesus Kristus, dan Roh Kudus adalah sama-sama Allah. Ketiga pribadi itu adalah pribadi Allah, dan ketiga pribadi tersebut adalah Allah. Terdapat aliran Kristen yang bernama Saksi-Saksi Yehuwa yang menolak dogma Tritunggal, yang berarti menolak ketuhanan Yesus. Menurut Saksi-Saksi Yehuwa, Tuhan itu Satu bernama Yehuwa. Hanya Yehuwa Yang Maha Kuasa dan Pencipta. Konsekwensinya, Yesus bukanlah Tuhan karena ia diciptakan atau makhluk. Yesus adalah seorang messiah. Ia pada awalnya adalah makhluk roh (malaikat) dan ciptaan Yehuwa pertama yang hidup sangat lama di surga. Yesus kemudian diutus Yehuwa dan menjadi manusia di dunia, untuk melaksanakan misi-penebusan dosa asal manusia, karenanya ia adalah tebusan. Dalam matinya sebagai tebusan, Yesus mati bukan di salib. Akan tetapi, ia dibunuh pada tiang kayu. Tiga hari setelah mati, Yesus dibangkitkan kembali ke surga dan menjadi Raja dari Kerajaan Allah yang sudah memerintah kembali pada tahun 1914, setelah terhentu selama tujuh masa. Kata Kunci: Saksi-Saksi Yehuwa, Tritunggal, Yesus.
Agama, Kekerasan, dan Kontestasi Politik Elektoral: Penggunaan Simbol Keagamaan Kiai dan Kekuasaan Blater dalam Pertarungan Politik Lokal Madura abd - hannan
Jurnal Sosiologi Agama Vol 12, No 2 (2018)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (105.267 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2018.122-02

Abstract

Diskursus politik Madura tidak dapat dipisahkan dari praktik dominative, baik yang bersumber dari kelas social, ideology, ataupun symbol keagamaan. Salah satu bentuk praktik dominative yang hingga saat ini mewarnai jalannya politik Madura, ada pada penggunaan sarana keagamaan kiai dan kekuasaan blater. Baik kiai maupun blater, selain berkedudukan sebagai kelas social atas, juga berperan stretgis dalam menentukan peta politik local Madura. Paper ini berjudul, Agama, Kekerasan, dan Kontestasi Politik Elektoral; Penggunaan Simbol Keagamaan Kiai dan Kekuasaan Blater Dalam Pertarungan Politik Lokal Madura. Terdapat tigas isu social uatama yang menjadi focus permasalahan penulisan paper ini, yaitu; dimensi kegamaan kiai, praktik kekerasan blater, dan realitas politik politik electoral. Tiga permasalahan krusial di atas akan dijelaskan sedalam dan serinci mungkin dalam dua kerangka pertanyaan, 1) Bagaimana dinamika kontestasi kepemimpinan local di Madura? 2) Bagaimana dimensi keagamaan kiai dan sarana kekerasan kelompok blater memainkan peran sentral dalam perhelatan politik electoral setempat. Dua pertanyaan tersebut ditujukan untuk menderskripsikan realitas politik electoral Madura, melakukan kajian secara mendalam perihal mobilisasi jaringan kekuasaan kiai dan kelompok blater, kaitannya dengan perebutan kursi kepemimpinan local di Madura. Paper ini merupakan studi kepustakaan yang mendasarkan pada metode kualitatif. Data yang digunakan dalam paper ini adalah data sekunder, khususnya data yang bersumber dari buku, jurnal, dan berbagai hasil penelitian sebelumnya. Adapun teori yang digunakan dalam penulisan ini adalah teori genalogi kekuasaan Michel Foucault. Secara keseluruhan, paper ini memiliki fungsi besar dalam menjelaskan dinamika dan arah sosio-politik Madura ke depan. Khususnya menyangkut peran dan fungsi strategis keagamaan kiai dan kekuasaan blater dalam nenentukan arah politik electoral setempat.
KONSTRUKSI MITOS ILUMINATI PADA MASJID AL-SAFAR (Analisis Semiotika Roland Barthes) Juparno Hatta
Jurnal Sosiologi Agama Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (239.931 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2019.132-04

Abstract

Secara umum, struktur arsitektur masjid tidak memperlihatkan keseragaman. Nilai lokalitas atau kedaerahan dan pra-islam memberi pengaruh pada beberapa arsitektur masjid tua di Indonesia. Dewasa ini, arsitektur masjid lebih berkembang dengan pola desain yang lebih modern dan unik, sepeti masjid al-Safar. Arsitekturnya yang menyerupai segitiga sebagai konsekuensi desainya yang mengadopsi konsep folding. Tuduhan atau tafsiran arsitektur masjid al-Safar yang tidak islami karena menyerupai objek sakral dari umat Yahadi, yaitu iluminati atau segitiga adalah mitos. Dalam sejarah manusia, benda fisik yang bermakna simbolis atau Yang Sakral dipengaruhi pengalaman hidup atau realitas subyektif manusia. Dua objek simbolis ini, memiliki sejarahnya masing-masing dan diference.Kata Kunci: Aristektur masjid, Masjid Al-Safar, Mitos, SimbolisGenerally, the mosque’s architectural structure does not show uniformity. The locality or provincial and pre-Islamic value gave architecture influence to some ancient mosques in Indonesia. Recently, the mosque’s architecture is well-developed with modern and unique design pattern, such as Al-Safar mosque. Its architecture resembled triangle as its adopted design by folded concept. Accusation or interpretation of Al-Safar mosque which doesn’t represent Islam, whereas its represent the sacred object of Jewish adherent, which is illuminati or triangle is a myth. In human history, this physical object symbolically related or the Most Sacred affected by life experience or subjective human reality. These two symbols, have their own differences and history.Keywords: Mosque Architecture, Al-Safar Mosque, Myth, Symbolic
Konstruksi Sosial Komunitas Pesantren mengenai Isu Radikalisme (Studi Kasus Pada Pesantren Salaf & Modern di Kota Malang) Tsabita Shabrina Alfanani
Jurnal Sosiologi Agama Vol 10, No 2 (2016)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (353.425 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2016.102-01

Abstract

Radicalism became a phenomenon widely discussed in inter-religious life. In practice, Islam and pesantren is often associated with acts of terrorism and other violence since the action was perceived as an extension of religious radicalism with jihad and amar ma’ruf nahi mungkar as basic commands. The focus of this study is to analyze how komunitas pesantren (pesantren community) perception about radicalism and how the process of those perceptions is formed. This research was conducted in two komunitas pesantren with different characteristic in Malang City : Alhayatul Islamiyah as salaf (traditional) pesantren and Ma’had Al-Qalam as modern pesantren. By using a qualitative approach and case study, this study resulted in three broad conclusions. First, salaf pesantren community’s perception regarding the issue of radicalism tends to moderate and tolerant. Meanwhile, the perception of modern pesantren community on the issue of radicalism tends to vary; Second. The Construction process could be explained by the dialectical process from Berger & Luckman’s social construction theory consisting of three simultaneous processes: externalization, objectivation and internalization. In the process, the researcher found three types of komunitas pesantren in perceiving radicalism which is contextual moderate and tolerant (as the majority group); fundamental (idealist) and pragmatic. At the salaf pesantren, Kyai was an important figure in constructing value, while at modern pesantren the background, social settings and media give more influence in the construction process about radicalism; Third, the pattern similarity at salaf pesantren motivated by cultural hegemony by constructing value on a single base culturally affiliated to the nahdliyin tradition, while varying perceptions of  modern pesantren arise from it’s heterogeneous base. However, both of pesantren does not encourage their santri to act radically.Keywords: Social Construction, Pesantren Community, Radicalism
UPAYA MERANGKUL KEMBALI JEMAAH AHMADIYAH INDONESIA (JAI): Menata Ulang Kerukunan Umat Beragama Effendi Chairi
Jurnal Sosiologi Agama Vol 13, No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.02 KB) | DOI: 10.14421/jsa.2019.132-02

Abstract

Pertentangan terhadap keberadaan Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) hingga hari ini masih terus terjadi. Pertentangan ini dilakukan atas dasar Peraturan Gubernur Jawa Barat No. 12 Tahun 2011 tentang Larangan Kegiatan Jemaat Ahmadiyah di Jawa Barat, fatwa MUI dan hasil Muktamar Muhammadiyah ke-18 di Solo. Walaupun demikian, JAI pada dasarnya telah memperoleh pengakuan yang sah dari pemerintah Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman No.JA.5/23/13 13 Maret 1953. Karena pertentangan-pertentangan yang terus terjadi, JAI hingga hari ini belum diterima secara damai dan seringkali menerima tindakan diskriminasi. Di dalam artikel, penulis menganalisis penyebab utama terjadinya konflik antara Front Pembela Islam (FPI) dengan JAI di Tasikmalaya. Di dalam tulisan ini pula, penulis mengajukan cara lain yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan konflik yang terjadi karena upaya-upaya advokasi litigasi sudah tidak mampu mengendalikan konflik antar keduanya.Kata Kunci: Konflik, JAI, FPI, AdvokasiConflict concerning the existence of Indonesian Ahmadiyah congregation (JAI) still happens today. This is done based on governor regulation of West Java no. 12 of 2011 concerning the activities prohibition of Ahmadiyah congregation in West Java, legal opinion of MUI, and the result of the 18th Muhammadiyah congress in Solo. Even though, JAI has actually obtained legal recognition of Indonesian government based on Decree of the Minister of Justice No.JA.5 / 23/13 March 13, 1953. Because of the ongoing conflicts, JAI has not yet been approved peacefully and often gets discrimination. In this article, the author analyzed the main causes of the conflict between FPI (Front Pembela Islam) and JAI in Tasikmalaya. Here, the author proposes other ways that can resolve conflicts occurred because litigation advocate efforts have been unable to control conflict between the two.Keywords: Conflict, JAI, FPI, Advocate

Page 1 of 20 | Total Record : 195