Hubungan antarklausa dalam analisis linguistik sistemik fungsional (LSF) merupakan bagian pada jenjang leksikogramatika, khususnya pada meta fungsi makna tektual. Rangkaian semantik direalisasikan oleh suatu rentetan klausa komplek (Halliday dan Matthiessen (2004: 364).Tujuan penulisan artikel ini adalah menjelaskan hubungan antarklausa dalam teks bahasa Waijewa pada masyarakat adat Wewewa. Data hasil observasi dengan teknik perekaman pada empat tuturan lisan ditranskrip, dan dianalisis berdasarkan Gramatika Fungsional. Data dianalisis berdasarkan metode kualitatif dan kuantitatif sederhana, dan secara khusus menerapkan metode padan.Hasil memperlihatkan bahwan huhungan logis antarklausa meliputi parataktik dan hipotaktik. Parataktik memperlihatkan penggunanaan koordinasi konjungsi seperti mono ’dan’, baka, ’kemudian’, taka ‘tetapi’, nyakido ‘hanya saja’. Hipotaktik memperlihatkan penggunaan konjungsi subordinasi, seperti ka ‘jika’, ba ‘’bahwa’,.apabila, jika’; balenga ‘sesudah ‘, orona ‘karena’, oleh sebab itu’, ga’ ‘agar supaya’. Hubungan logis semantik meliputi ekspansi dan proyeksi. Ekspansi meliputi elaborasi, eksistensi, dan enhansemen. Proyeksi berkenaan dengan melaporkan pendapat menggunakan proses verbal, hina-ngge, pateki da, hida-ngge, hina patekina. Untuk melaporkan ide digunakan proses mental, seperti pangeda ‘memikirkan’, palolo ‘ mengingatkan’, dan kambu ate ‘maksud hati’. Hubungan antarklausa baik segi logis sintaktik maupun logis semantik saling terkait untuk menjaga keterkaitan dan kesinambungan teks. Kata kunci: teks, hubungan antarklausa, Waijewa, Wewewa
Copyrights © 2015