Industri pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) merupakan bentuk transformasi sektor riil dengan prospek masa depan yang baik. Namun demikian penerapan new normal pasca Covid 19 membuat pemulihan sektor ini lebih lambat dibandingkan sektor yang lain terutama di daerah dengan topografi kepulauan. Oleh karena itu pertanyaan penelitian ini adalah melihat bagaimana kinerja sektor parekraf provinsi di Sumatera serta upaya apa yang perlu dilakukan guna menjawab tantangan tersebut. Metode yang digunakan untuk menjawab pertanyaan di atas adalah dengan statistik deskriptif dengan melihat tingkat penghunian kamar sebagai indikator pariwisata terkini. Selain itu, metode analisis cluster juga digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab provinsi mana yang membutuhkan prioritas pengembangan industri parekraf. Seluruh sumber data diperoleh dari Publikasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 2021 dari Kemeparekraf dan Berita Resmi Statistik bulanan dari BPS. Temuan menarik dari penelitian ini adalah baik kinerja pariwisata maupun jumlah industri parekraf pariwisata di provinsi kepualaun lebih rendah dibandingkan dengan provinsi daratan baik secara nasional maupun lingkup Sumatera. Padahal Kepulauan Riau tercatat sebagai provinsi dengan andil industri pariwisata dan ekonomi kreatif terbesar mencapai 5,02 persen terhadap ekonominya dan Kepulauan Bangka Belitung mencapai 2,43 persen di urutan ketiga. Temuan menarik berikutnya adalah produk parekraf dari wilayah kepulauan di Sumatera tidak mendapatkan jangkauan pemasaran yang lebih luas. Alasan infrastruktur transportasi dan cuaca diduga menjadi faktor utama penyebab tantangan ini. Rancangan Undang-undang (RUU) daerah kepulauan harus terus diperjuangkan karena bisa menjadi booster dalam mengurangi kesenjangan pembangunan.
Copyrights © 2023