Delapan abad sebelum seorang bayi yang dinamakan “Tuhan beserta kita” dilahirkan, Yesaya melihat Tuhan duduk di atas takhtaNya sementara para serafim berseru-seru seorang kepada yang lain. Tiga kali seruan ilahi, suci dan transenden, memenuhi indra Nabi Yesaya. Tuhan semesta alam duduk terpisah. Tuhan ini sungguh berbeda dari patung-patung yang terbuat dari kayu. Dan di hadapan kekudusan yang membakar ini, Yesaya yang kotor mengakui kenajisannya. Ada pemisahan yang nyata di antara kekudusan sang Raja dan keaiban umatNya.
Copyrights © 2024