Metode geofisika yang umum diaplikasikan dalam eksplorasi geotermal adalah metode Magnetotelurik (MT), yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik alami. Pada pengukuran metode Magnetotelurik sering menghasilkan data lapangan yang terpengaruh oleh gangguan atau distorsi, yang dapat mengurangi keakuratan hasil interpretasi struktur di bawah permukaan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan hasil yang akurat, diperlukan analisis seperti tensor fase guna mengidentifikasi struktur bawah permukaan yang tidak terpengaruh oleh distorsi galvanik. Hasil analisis di daerah penelitian menunjukkan dominasi dimensionalitas 2D yang mengarah ke Barat Laut-Tenggara dengan arah strike N1050E. Model inversi 2D mengungkapkan adanya lapisan resistivitas rendah (1-10 Ωm), yang diduga merupakan zona alterasi yang menjadi batuan penudung. Terdapat juga lapisan dengan nilai resistivitas 10-25 Ωm diduga sebagai lempung pasiran (Sandy Clay), dan nilai resistivitas 25-50 Ωm merepresentasikan lapisan pasir. Pada resistivitas 50-70 Ωm, diduga sebagai basal, sementara pada resistivitas tinggi (200-1000 Ωm) diduga sebagai granit yang berperan sebagai reservoir dengan tipe hot dry rock di dasar intrusif magma. Terlihat adanya struktur sesar dextral-normal Pothole sebagai daerah pelepasan di manifestasi air panas Barron.
Copyrights © 2023