ABSTRAKSampah padat di Kota Pontianak menunjukkan bahwa 70% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali untuk kerajinan dan kompos. TPST Edelweiss yang beroperasi di Kecamatan Pontianak Selatan menerima sampah organiknya dari Pasar Pagi sebanyak ± 1000 Kg/hari yang tidak hanya sampah sayur saja melainkan ada sampah buah dan sampah jeroan. Sampah jeroan mudah busuk dan menimbulkan bau tidak sedap, Sedangkan sampah bonggol pisang banyak ditemukan dan jarang dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Maka dari itu dilakukan penelitian yang memanfaatkan sampah jeroan ikan dan bonggol pisang dalam pembuatan kompos sebagai solusi masalah persampahan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh penggunaan aktivator EM4, variasi aktivator MOL jeroan ikan, variasi MOL bonggol pisang, dan kualitas kompos yang dihasilkan berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 261 Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode pengomposan open windrow dan dilakukan secara duplo pada setiap variasi penggunaan aktivatornya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan urutan hasil pengomposan yang paling baik adalah pada variasi aktivator EM4 + MOL Jeroan Ikan dengan kadar NPK 7,89, kemudian EM4 + Bonggol Pisang dengan kadar NPK 7,33, kemudian Em4 dengan kadar NPK 7,19 dan terakhir kontrol dengan kadar NPK 7,16. Apabila dibandingkan dengan baku mutu menurut Keputusan Menteri Nomor 261 Tahun 2019 hampir semua parameter sudah memenuhi persyaratan. Namun, beberapa lainnya seperti Kelembapan dan tekstur kompos masih berada dibawah nilai baku mutu.Kata kunci: EM4, Mol Bonggol Pisang, Mol Jeroan Ikan, Kompos ABSTRACTSolid waste in Pontianak City shows that 70% is organic waste, and it is estimated that 78% of this waste can be reused for crafts and compost. The Edelweiss TPST, which operates in South Pontianak District, receives ± 1,000 kg of organic waste from the Morning Market, which is not only vegetable waste, but also fruit and offal waste. Offal waste rots easily and gives off an unpleasant odor, while banana weevil waste is common and is rarely reused by the community. Therefore, research was carried out using fish offal waste and banana weevils in composting as a solution to the waste problem. The purpose of this study was to analyze the effect of using EM4 activators, variations in fish offal MOL activators, variations in banana weevils MOL, and the quality of the compost produced based on Ministerial Decree No. 261 of 2019. This study used the open windrow composting method and was carried out in duplicate for each variation of use. the activator. Based on research that has been done, the best sequence of composting results is the variation of activator EM4 + MOL Fish Offal with an NPK level of 7.89, then EM4 + Banana Weevil with an NPK level of 7.33, then Em4 with an NPK level of 7.19 and finally control with NPK levels of 7.16. When compared with the quality standards according to Ministerial Decree Number 261 of 2019, almost all parameters have met the requirements. However, some others, such as humidity and compost texture, are still below the quality standard.Keywords: Cost, Maintenance, Operational System, Re-design, and Settling Tank.Keywords: EM4, MOL Banana Weevil, MOL Fish Innards, Compost
Copyrights © 2024