Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Analisis Bentuk Mikroplastik pada Sedimen Pantai Mangrove di Kalimantan Barat Febriyanti, Shafira Viana; Utomo, Kiki Prio; Sulastri, Aini
Journal of Marine Research Vol 13, No 2 (2024): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v13i2.36714

Abstract

Persebaran sampah plastik yang berasal dari kegiatan manusia akan berakhir pada pesisir laut. Sebesar 80% sampah plastik yang memberikan kontribusi negatif terhadap lingkungan akan mengalami pengendapan dan terdegradasi menjadi partikel mikroplastik. Ukuran partikel mikroplastik antara 0,3 - ≤5 mm berpotensi terendap dalam sedimen pantai, salah satunya jenis lingkungan bervegetasi mangrove. Penumpukan partikel mikroplastik di akar dan batang mangrove akan berdampak bagi pertumbuhan ekosistem serta biota air, oleh karena itu dilakukan perhitungan jumlah mikroplastik dengan analisis laboratorium berdasarkan identifikasi bentuk partikel. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan alat hand coring serta sekop sebagai pembanding jumlah mikroplastik di setiap titik. Tahapan analisis laboratorium terdiri dari pengeringan sampel, degradasi bahan organik, pemisahan densitas, filtrasi dan identifikasi visual mikroskop. Terdapat lima bentuk mikroplastik yang diperoleh yaitu fiber, fragmen, pellet, foam dan film. Pengambilan sampel menggunakan hand coring diperoleh hasil terbanyak partikel mikroplastik di setiap titik secara berurutan Titik C1, C2 dan C3 yaitu 85 fragmen, 67 fiber dan 133 fragmen. Sedangkan menggunakan alat sekop jumlah partikel terbanyak secara berurutan titik C1, C2 dan C3 yaitu 42 fiber, 76 fragmen dan 82 partikel fragmen. Perbedaan jumlah partikel di setiap titik dikarenakan banyak sumber pencemar secara alami, manusia dan existing lingkungan. Penelitian ini akan menjadi dasar penanggulangan dan minimalisir pengurangan sampah plastik untuk mengurangi dampak pencemaran mikroplastik dan konservasi di sedimen pantai Kalimantan Barat.  The spread of plastic waste originating from human activities will end up on sea coasts. As much as 80% of plastic waste which makes a negative contribution to the environment will experience deposition and be degraded into microplastic particles. Microplastic particle sizes between 0.3 - ≤5 mm have the potential to be deposited in coastal sediments, one type of mangrove vegetated environment. The buildup of microplastic particles in the roots and stems of mangroves will have an impact on the growth of the ecosystem and aquatic biota, therefore the amount of microplastics is calculated using laboratory analysis based on identification of the particle shape. Sampling was carried out using a hand coring tool and a shovel to compare the number of microplastics at each point. The laboratory analysis stages consist of sample drying, organic material degradation, density separation, filtration and microscope visual identification. There are five forms of microplastics obtained, namely fiber, fragments, pellets, foam and film. Sampling using hand coring resulted in the highest number of microplastic particles at each point, respectively Points C1, C2 and C3, namely 85 fragments, 67 fibers and 133 fragments. Meanwhile, using a shovel tool, the highest number of particles were at points C1, C2 and C3, namely 42 fibers, 76 fragments and 82 fragment particles. The difference in the number of particles at each point is due to the many sources of natural, human and environmental pollution. This research will be the basis for handling and minimizing the reduction of plastic waste to reduce the impact of microplastic pollution and conservation in West Kalimantan coastal sediments.
Evaluasi Kondisi Eksisting Instalasi Pengolahan Lindi (IPL) Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Sorat Kecamatan Sambas Kabupaten Sambas Dhea, Silva Priska; Arifin, Arifin; Sulastri, Aini
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 2 (2024): April 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i2.76828

Abstract

Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPAS) Sorat yang terletak di Kecamatan Sambas dengan sistem pengelolaan controlled landfill memiliki Instalasi Pengolahan Lindi (IPL). Hasil pengolahan air lindi pada IPL TPAS Sorat belum memenuhi standar baku mutu menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor P.59/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2016 dikarenakan pengolahan pada unit bak biofilter aerob tidak berfungsi dengan baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik air lindi TPAS Sorat yang kemudian merekomendasikan sistem pengolahan yang cocok sebagai pengganti dari bak biofilter aerob. Parameter yang diuji pada bagian inlet dan outlet pada bak biofilter aerob yaitu pH dengan nilai 8,01 dan 7,80, TSS 12,8 dan 121, BOD 244 dan 291, COD 998 dan 1.039, Timbal (Pb) <0,093 dan <0,093, Kadmium <0,038 dan <0,038. Perhitungan debit air lindi menggunakan intensitas hujan yang dihitung dengan menggunakan model rumus monobe yang menghasilkan debit air lindi sebesar 91,324 m3/hari. Rekomendasi yang diberikan yaitu unit pengolahan bak fakultatif atau bak aerasi dengan besar volume 92 m2 dengan waktu tinggal 6,45 hari dan biaya yang diperlukan Rp 340.874.204,-, sedangkan pada bak aerasi memiliki besar volume 6 m3 dengan waktu tinggal 9 hari dan biaya yang diperlukan Rp 85.769.127,-. Dengan dilakukan evaluasi pada IPL TPAS Sorat diberikan alternatif pengolahan fakultatif atau aerasi agar dapat menurunkan parameter yang telah melewati standar baku mutu. 
Skrining dan Uji Efektivitas Reduksi Merkuri Oleh Isolat Bakteri Mangrove Sulastri, Aini; Jumiati, Jumiati; Desmaiani, Herda
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 1 (2024): Januari 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i1.72340

Abstract

A poor metal waste disposal system increases the concentration of heavy metals in the environment, causing pollution. Reducing the concentration of heavy metal pollution can be done one way by bioremediation using bacteria. Exploratory research on mangrove bacteria shows that bacterial isolates have been successfully isolated and have the ability to grow on media containing mercury. In this research, further tests will be carried out in the form of screening and testing the effectiveness of mercury metal reduction. This research aims to find isolates that have a high ability to grow in environments containing mercury, and the effectiveness of reducing mercury metal by these bacteria. This basic research will be the beginning of the development of effective microorganisms as bioremediation agents. This research consisted of two stages, namely screening the best bacterial isolates and testing the effectiveness of mercury metal reduction. The research results showed that isolates B27, S04 and S23 were the best isolates in being able to remove mercury concentrations of up to 99.99%. This research is ongoing research which has the output as a first step in obtaining Effective Microorganisms which can later become products and can be applied as a method to improve environmental quality.
Optimalisasi Sistem Pengangkutan Sampah Di Kabupaten Bengkayang Berbasis Geographic Information System (GIS) Putra, Ezzwar Dwi; Utomo, Kiki Prio; Sulastri, Aini
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 11, No 2 (2023): Juli 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v11i2.64824

Abstract

The solid waste transportation system in Bengkayang Regency is currently not effective. This is due to unfinished facilities and infrastructure also low level of public awareness about not being disciplined in disposing of waste on time, polluted the environment. This study aims to find out the pattern of the existing waste transportation system in Bengkayang Regency and provide solutions for optimizing the waste transportation system with the help of GIS applications. The research methodology used is direct measurement in the field or on existing conditions, which refers to the Minister of Public Works Regulation No. 3 of 2013. The results of measuring waste transport cycles under existing conditions amount to 1 trip per day and several routes that have not been effective with two transportation systems, namely the HCS  and SCS, where waste transportation routes and routes can be optimized by making the shortest route at the longest route distance from TPS to TPA Magmagan, which is 30.92 km. GIS is used to get an alternative route of transportation with the greatest distance, namely a garbage truck with police number KB 8257 KF to the final processing site by taking a shorter route than the existing route, which 28.14 km, therefore it’s necessary to add a route alternative.
Identifikasi Mikroplastik Pada Limbah Laundry di Kota Pontianak Khairunnisa, Rizqa; Utomo, Kiki Prio; Sulastri, Aini
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 3 (2024): Juli 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i3.78352

Abstract

Aktivitas masyarakat yang semakin tinggi, mendorong munculnya usaha-usaha yang bertujuan meringankan beban masyarakat seperti jasa laundry. Limbah yang dihasilkan usaha jasa laundry mengandung detergent, benang dan serat-serat kain sintetis (mikroplastik). Mikroplastik merupakan polimer sintetis berukuran kurang dari 5mm yang tidak dapat didegradasi sempurna dan akan menjadi kontaminan lingkungan untuk jangka panjang. Ukurannya yang kecil mengakibatkan mikroplastik dapat masuk dalam rantai makanan dan menimbulkan dampak toksisitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk, kelimpahan, massa dan jenis polimer mikroplastik di limbah cair laundry. Pengumpulan sampel dilakukan pada laundry X Kota Pontianak dengan mengambil 3 sampel pada proses pencucian, pembilasan dan pengeringan. Analisis laboratorium diawali dengan penyaringan sampel, degradasi organik, pemisahan densitas, penyaringan akhir, pengamatan mikroskop dan uji FTIR. Mikroplastik yang ditemukan di seluruh sampel hanya berbentuk fiber, dengan polimer acrylonitrile butadiene styrene pada pencucian pertama dan polietilen pada pencucian kedua dan ketiga. Diantara semua proses, pencucian merupakan proses yang melepaskan mikroplastik paling banyak dengan rata-rata kelimpahan 2.239 partikel/L dan massa 129 gr. Penelitian ini menemukan bahwa detergent, umur pakaian, sistem putaran dan keberadaan air pada proses meningkatkan pelepasan serat mikroplastik selama pencucian.
Fitoremediasi Limbah Amalgamasi Pemurnian Bijih Emas Pertambangan Rakyat di Kecamatan Monterado Noviyanti, Noviyanti; Jumiati, Jumiati; Sulastri, Aini
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 11, No 3 (2023): Oktober 2023
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v11i3.67920

Abstract

Aktivitas pertambangan emas tanpa izin hingga saat ini marak dilakukan. Pertambangan emas tanpa izin cenderung menggunakan merkuri (Hg) dalam proses pemurnian bijih emas/proses amalgamasi yang dapat menyebabkan pencemaran dan sangat berbahaya terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan dari proses pemurnian bijih emas ini memiliki kandungan merkuri yang melebihi baku mutu yaitu 13,91 mg/L, sehingga perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke lingkungan salah satunya dengan fitoremediasi. Adapun tujuan penelitian ini untuk menganalisis efisiensi fitoremediasi menggunakan lakum air (Ludwigia octovalvis) dan menentukan waktu tinggal efektif dalam menurunkan kadar merkuri limbah amalagamasi. Penelitian ini menggunakan reaktor terpisah yang berjumlah 12 buah, menggunakan 55 liter limbah amalgamasi dan dilakukan dua kali pengulangan (duplo), dengan variasi waktu tinggal 7, 14 dan 21 hari. Efisiensi penurunan konsentrasi merkuri pada limbah amalgamasi oleh tanaman lakum ini yang paling baik pada waktu tinggal 14 hari yaitu 55,60%, dengan penurunan sebesar 7,74 mg/L. Tanaman lakum air mulai mengalami kematian pada hari ke-3 dan waktu tinggal 21 hari yang paling banyak mengalami kematian. Oleh karena itu, 14 hari diasumsikan sebagai waktu tinggal yang efektif dalam menurunkan konsentrasi merkuri karena memiliki rata-rata efisiensi penurunan sebesar 55,60% dan tanaman masih bertahan hidup hingga akhir proses fitoremediasi.
Pembuatan Kompos dari Limbah Pasar Pagi Menggunakan Kombinasi Aktivator EM4, Mol Jeroan Ikan, dan Mol Bonggol Pisang Rahayu, Putri; Fitrianingsih, Yulisa; Sulastri, Aini
Rekayasa Hijau : Jurnal Teknologi Ramah Lingkungan Vol 8, No 2 (2024)
Publisher : Institut Teknologi Nasional, Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/jrh.v8i2.119-136

Abstract

ABSTRAKSampah padat di Kota Pontianak menunjukkan bahwa 70% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali untuk kerajinan dan kompos. TPST Edelweiss yang beroperasi di Kecamatan Pontianak Selatan menerima sampah organiknya dari Pasar Pagi sebanyak ± 1000 Kg/hari yang tidak hanya sampah sayur saja melainkan ada sampah buah dan sampah jeroan. Sampah jeroan mudah busuk dan menimbulkan bau tidak sedap, Sedangkan sampah bonggol pisang banyak ditemukan dan jarang dimanfaatkan kembali oleh masyarakat. Maka dari itu dilakukan penelitian yang memanfaatkan sampah jeroan ikan dan bonggol pisang dalam pembuatan kompos sebagai solusi masalah persampahan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis pengaruh penggunaan aktivator EM4, variasi aktivator MOL jeroan ikan, variasi MOL bonggol pisang, dan kualitas kompos yang dihasilkan berdasarkan Keputusan Menteri Nomor 261 Tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode pengomposan open windrow dan dilakukan secara duplo pada setiap variasi penggunaan aktivatornya. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan urutan hasil pengomposan yang paling baik adalah pada variasi aktivator EM4 + MOL Jeroan Ikan dengan kadar NPK 7,89, kemudian EM4 + Bonggol Pisang dengan kadar NPK 7,33, kemudian Em4 dengan kadar NPK 7,19 dan terakhir kontrol dengan kadar NPK 7,16. Apabila dibandingkan dengan baku mutu menurut Keputusan Menteri Nomor 261 Tahun 2019 hampir semua parameter sudah memenuhi persyaratan. Namun, beberapa lainnya seperti Kelembapan dan tekstur kompos masih berada dibawah nilai baku mutu.Kata kunci: EM4, Mol Bonggol Pisang, Mol Jeroan Ikan, Kompos ABSTRACTSolid waste in Pontianak City shows that 70% is organic waste, and it is estimated that 78% of this waste can be reused for crafts and compost. The Edelweiss TPST, which operates in South Pontianak District, receives ± 1,000 kg of organic waste from the Morning Market, which is not only vegetable waste, but also fruit and offal waste. Offal waste rots easily and gives off an unpleasant odor, while banana weevil waste is common and is rarely reused by the community. Therefore, research was carried out using fish offal waste and banana weevils in composting as a solution to the waste problem. The purpose of this study was to analyze the effect of using EM4 activators, variations in fish offal MOL activators, variations in banana weevils MOL, and the quality of the compost produced based on Ministerial Decree No. 261 of 2019. This study used the open windrow composting method and was carried out in duplicate for each variation of use. the activator. Based on research that has been done, the best sequence of composting results is the variation of activator EM4 + MOL Fish Offal with an NPK level of 7.89, then EM4 + Banana Weevil with an NPK level of 7.33, then Em4 with an NPK level of 7.19 and finally control with NPK levels of 7.16. When compared with the quality standards according to Ministerial Decree Number 261 of 2019, almost all parameters have met the requirements. However, some others, such as humidity and compost texture, are still below the quality standard.Keywords: Cost, Maintenance, Operational System,  Re-design, and Settling Tank.Keywords: EM4, MOL Banana Weevil, MOL Fish Innards, Compost
Efektivitas Aktivator Mikroorganisme Lokal Limbah Sayur, EM4, dan Kotoran Sapi pada Pembuatan Kompos dari Limbah Sayur di Pasar Flamboyan Dewantari, Ukhfiya; Arifin, Arifin; Sulastri, Aini; Apriani, Isna; Sutrisno, Hendri
Dampak Vol 19, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.19.2.73-82.2022

Abstract

Flamboyan is a market located in Pontianak City which produces organic waste with a percentage of 89.57%. The high level of organic waste produced at the Flamboyan Market can cause organic waste to decompose and cause unpleasant odors and become a vector of disease so that sanitation and environmental aesthetics decline. Therefore, it is necessary to handle the waste by composting. The purpose of this study was to determine the physical quality and chemical quality of compost based on color, odor, texture, temperature, pH, humidity, C/N ratio, nitrogen content (N), phosphorus content (P), and potassium content (K) against PERMENTAN No. 70 of 2011 and identified the effect of local microorganism activator of vegetable waste, EM4 and cow dung on the quality of compost maturity. This research method is aerobic composting with vegetable waste as the basic ingredients and the addition of local microorganism activator of vegetable waste, EM4 activator and cow dung activator with composting time of 35 days and using the same number of microorganisms, which is 7,850,000 cells. The results obtained, composting using the same number of microorganisms as many as 7,850,000 cells gave the best compost results in cow dung activator which is an effective activator in making compost in this study with parameters that have met quality standards consisting of a temperature of 31oC, pH of 5.8, blackish brown color, smell like soil, fine texture, potassium (K) content of 4.4%, C-Organic content of 32.9% and compost C/N ratio of 23.54 and MOL activator, EM4 and cow dung did not have a different effect on compost maturity. Keywords: Activator, Compost, EM4, Cow Dung, Local Microorganisms, Vegetable WasteA B S T R A K Flamboyan merupakan pasar yang terletak di Kota Pontianak yang menghasilkan sampah organik dengan persentase 89,57%. Tingginya kadar sampah organik yang dihasilkan di Pasar Flamboyan dapat menyebabkan sampah organik terurai dan menimbulkan bau tidak sedap serta menjadi vektor penyakit sehingga sanitasi dan estetika lingkungan menurun. Oleh karena itu, perlu dilakukan penanganan sampah dengan cara pengomposan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui mutu fisik dan mutu kimia kompos berdasarkan warna, bau, tekstur, suhu, pH, kelembaban, rasio C/N, kandungan nitrogen (N), kandungan fosfor (P), dan kandungan kalium. (K) terhadap PERMENTAN No. 70 Tahun 2011 dan mengidentifikasi pengaruh aktivator mikroorganisme lokal limbah sayuran, EM4 dan kotoran sapi terhadap kualitas kematangan kompos. Metode penelitian ini adalah pengomposan aerobik dengan bahan dasar limbah sayuran dan penambahan aktivator mikroorganisme lokal limbah sayuran, aktivator EM4 dan aktivator kotoran sapi dengan waktu pengomposan 35 hari dan menggunakan jumlah mikroorganisme yang sama yaitu 7.850.000 sel. Hasil yang didapatkan, pengomposan dengan menggunakan jumlah mikroorganisme yang sama sebanyak 7.850.000 sel memberikan hasil kompos terbaik pada aktivator kotoran sapi yang merupakan aktivator yang efektif dalam pembuatan kompos pada penelitian ini dengan parameter yang telah memenuhi baku mutu yang terdiri dari suhu 31oC, pH 5,8, warna coklat kehitaman, berbau seperti tanah, tekstur halus, kandungan Kalium (K) 4,4%, kandungan C-Organik 32,9% dan rasio C/N kompos 23,54 dan aktivator MOL, EM4 dan kotoran sapi tidak memiliki efek yang berbeda pada kematangan kompos. Kata Kunci: Aktivator, Kompos, EM4, Kotoran Sapi, Mikroorganisme Lokal, Limbah Sayur
Pemanfaatan Sampah Organik dan Serbuk Kayu Menjadi Biobriket sebagai Energi Alternatif Retnawati, Eka; Apriani, Isna; Sulastri, Aini
Dampak Vol 20, No 1 (2023)
Publisher : Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/dampak.20.1.43-48.2023

Abstract

The rapid economic and population growth of Pontianak City has triggered an increase in domestic waste. The composition of Pontianak City waste in 2020 is dominated by organic waste (91.8%). The wood processing industry will produce 50% of its waste, as sawdust. One of the efforts to reduce the generation of organic waste and sawdust is to use it as fuel in the form of environmentally friendly bio-briquettes. This paper studies the chemical characteristics of calorific value, moisture content, and ash content as they variations in the composition of the resulting bio-briquettes. The research methods include drying, curing, sieving at 40 mesh, mixing charcoal with 15% starch adhesive, and compaction. The composition variations in this study were sawdust (SG): organic waste (SO) (85%:15%, 75%:25%, and 65%:35%). The results showed that the highest calorific value was found in the composition variation of sawdust (SG) at 85%:15% organic waste (SO) of 49 cal/gr, while the highest water content was 20.52% and the highest ash content was 14.57% in the variation of the composition of sawdust (SG) 65%:35% organic waste (SO). The results of the chemical characteristics of calorific value, moisture content, and ash content of bio-briquettes did not meet the requirements of SNI 01-6235-2000. Keywords: bio-briquettes, alternative energy, organic waste, sawdust  ABSTRAK Pesatnya pertumbuhan ekonomi dan penduduk Kota Pontianak memicu peningkatan sampah domestik. Komposisi sampah Kota Pontianak tahun 2020 didominasi oleh sampah organik (91,8%). Industri pengolahan kayu akan menghasilkan 50% limbahnya berupa serbuk gergaji. Salah satu upaya untuk mengurangi timbulan sampah organik dan serbuk gergaji adalah dengan memanfaatkannya sebagai bahan bakar berupa biobriket ramah lingkungan. Makalah ini mempelajari karakteristik kimia nilai kalor, kadar air, dan kadar abu sebagai variasi komposisi biobriket yang dihasilkan. Metode penelitian meliputi pengeringan, pemeraman, pengayakan pada ukuran 40 mesh, pencampuran arang dengan perekat kanji 15%, dan pemadatan. Variasi komposisi pada penelitian ini adalah serbuk gergaji (SG): sampah organik (SO) (85% : 15%, 75% : 25%, dan 65% : 35%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kalor tertinggi terdapat pada variasi komposisi serbuk gergaji (SG) 85% : 15% sampah organik (SO) sebesar 49kal/gr, sedangkan kadar air tertinggi 20,52% dan kadar abu tertinggi 14,57% pada variasi komposisi serbuk gergaji (SG) 65% : 35% sampah organik (SO). Hasil karakteristik kimia nilai kalor, kadar air dan kadar abu biobriket tidak memenuhi persyaratan SNI 01-6235-2000. Kata kunci: biobriket, energi alternatif, sampah organik, serbuk gergaji      
Penerapan Metode Enhanced Phytoremediation pada Lahan Bekas Tambang Emas Desa Tirta Kencana Kecamatan Bengkayang Khairunnisa, Aulia; Sulastri, Aini; Jumiati, Jumiati
Jurnal Teknologi Lingkungan Lahan Basah Vol 12, No 4 (2024): Oktober 2024
Publisher : Universitas Tanjungpura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26418/jtllb.v12i4.82442

Abstract

Community gold mining activities using the amalgamation method cause soil pollution due to the use of mercury (Hg) to extract gold content which causes a decrease in soil quality and environmental damage. Enhanced phytoremediation is a method that can be applied to remove mercury levels with using the Cyperus kyllingia plant and adding supporting elements in the form of bacterial isolates that are resistant to mercury. This research aimed to determine the effectiveness of Cyperus kyllingia plants and bacterial isolates for removing mercury levels in mercury-contaminated soil, as well as observing the bacterial population and plant morphology during the research. Based on the research results, it is known that the best efficiency value for removing mercury levels is found in phytoremediation with the addition of bacterial isolates, namely 86.88%. The largest bacterial population was found in the phytoremediation reactor with the addition of bacterial isolates, namely 73.3 × 106 CFU/mL. The mercury content in polluted soil causes changes in plant morphology, namely the color of green plants changes to yellow, but plants can reproduce as indicated by an increase in the number of leaves and plant stems