Intervensi Water, Sanitation and Hygiene (WASH) terbukti dapat menurunkan 860.000 kematian anak akibat kekurangan gizi salah satunya stunting. Karakteristik wilayah pertanian memiliki korelasi dengan kejadian stunting baik dari aspek sosio ekonomi maupun cemaran lingkungan dan penggunaan pestisida maupun pupuk. Kabupaten Jember dengan angka stunting tertinggi di Jawa Timur juga memiliki beberapa wilayah pertanian dengan stunting yang tinggi. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis impelementasi WASH pada keluarga baduta stunting di wilayah Pertanian Kabupaten Jember. Penelitian ini merupakan penelitian obervasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah anak usia 6 – 23 bulan kriteria utama orang tua memiliki mata pencaharian sebagai petani. Teknik pengumpulan data dengan Proportionate Stratified Random Sampling dan dianalisis menggunakan chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa indikator WASH yang berkaitan dengan akses sumber air minum, pengolahan air, serta kebiasaan cuci tangan pada saat sebelum dan sesudah beraktivitas pada keluarga baduta stunting di wilayah pertanian sudah baik. Namun, indikator pengolahan sampah menunjukkan implementasi yang masih rendah karena kondisi tempat sampah yang tidak saniter, pengolahan secara dibakar serta tumpukan sampah yang menjadi tempat perkembang biakan rodent. Selain itu, akses jamban sehat juga masih rendah yang dibuktikan dengan masih adanya masyarakat yang melakukan praktik BABS ke sungai. Hasil statistik menunjukkan indikator WASH tidak secara signifikan berhubungan dengan stunting. Satu indikator yang berkorelasi dengan kejadian stunting adalah banyaknya tikus yang berada di lokasi sampah. Implementasi WASH perlu dilakukan terutama intervensi program pengolahan sampah untuk mengurangi tempat perindukan rodent yang dapat berkorelasi dengan penyakit infeksi sebagai determinan stunting.
Copyrights © 2024