Dampak dari ketidakakuratan kode diagnosis adalah menurunnya kualitas pelayanan rumah sakit, pembayaran klaim tarif INA-CBG’s yang akan menghambat pembayaran, ketidakakuratan angka kesakitan, kematian, dan laporan statistik rumah sakit. Penelitian dilakukan di RSIJ Cempaka Putih. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi SPO penyakit dan kode tindakan, menganalisis keakuratan kode diagnosis penyakit tuberkulosis paru pada pasien rawat inap, dan mengidentifikasi penyebab ketidakakuratan kode diagnosis penyakit tuberkulosis paru pada pasien rawat inap. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Populasi berjumlah 658 rekam medis dengan sampel sebanyak 96 rekam medis. Sampel ditentukan dengan menggunakan rumus slovin. SPO untuk diagnosis dan pengkodean tindakan secara umum telah berjalan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 46 rekam medis (48%) dengan kode diagnosa benar, 25 rekam medis (26%) salah digit ke 3, 20 rekam medis (21%) salah digit ke 4, 5 rekam medis (5%) dengan digit ke-3 dan ke-4 yang salah. Faktor penyebab tidak akuratnya kode diagnosis terdapat pada faktor manusia, dalam hal ini pembuat kode tidak memperhatikan keakuratan catatan yang merinci keakuratan pengkodean pada ICD-10. Faktor materi, belum tersedianya alat coding seperti kamus kedokteran dan buku ICD-10. Faktor metode, SPO belum menjelaskan secara spesifik langkah-langkah cara coding.
Copyrights © 2024