Dalam tataran teknis, implementasi Kurikulum 2013 yang merupakan kurikulum berbasis praksis kontekstual yang dalam implementasinya menghadapi banyak persoalan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil kajian Puskurbuk (2019) yang menyatakan bahwa implementasi kurikulum 2013 belum optimal. Kondisi ini mendorong pemerintah mengambil kebijakan baru dalam implementasi kurikulum dengan kebijakan “Merdeka Belajar” yang memberi otoritas secara profesional kepada guru dan Sekolah dalam mengimplementasikan kegiatan pembelajaran praksis kontekstual dengan mengacu pada kondisi dan konteks lokalnya. Belum meratanya pemahaman mengenai Kebijakan Merdeka Belajar, dunia pendidikan sudah dihadapkan pada situasi pandemi. Hal ini ditangkap oleh sejumlah sekolah dengan melakukan beragam inovasi dan kreasi dalam pembelajaran dengan tetap mengacu pada prinsip kurikulum sesuai kebijakan yang ditetapkan. Akan tetapi tidak sedikit pula sekolah yang gagap dalam melakukan inovasi karena terbelenggu oleh pola pikir lama dan tidak berani melakukan inovasi. Salah satu upaya inovatif dalam melakukan proses pembelajaran di era pandemi, dengan mengacu pada kebijakan Merdeka Belajar dan memanfaatkan perkembangan teknologi adalah dengan implementasi kurikulum berbasis aktivitas yang dilakukan oleh SMA.  Pola ini menjadi salah satu model inovatif yang dapat mendorong satuan pendidikan SMA untuk mengembangkan inovasi sejenis sesuai dengan konteksnya masing-masing. Dengan demikian, pada gilirannya diharapkan akan muncul model-model pembelajaran inovatif yang memperkaya proses pembelajaran di Tanah Air. Kajian ini akan memilih fokus pada pengembangan implementasi kurikulum berbasis aktivitas melalui tahapan ilmiah sesuai kaidah-kaidah pengembangan model pembelajaran.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2023