Perkembangan teknologi dan inovasi produk serat alam non tekstil (SANT) dari hasil hutan bukan kayu (HHBK) beberapa tahun terakhir meningkat sangat pesat dan cepat. Penggunaan SANT sebagai bahan kerajinan selain akan menjadikan produk lebih eksotis diharapkan akan mampu memberikan dampak pada penurunan penggunaan kayu yang keberadaannya semakin terbatas. Dengan demikian penggunaan SANT untuk bahan kerajinan menjadikan komoditi ini menyumbang menurunkan carbon trade yang telah menjadi issue dunia. Kulit batang melinjo misalnya, sampai saat ini belum digunakan sebagai bahan yang memiliki nilai komersial, padahal jenis serat ini telah digunakan secara tradisional pada masyarakat pedalaman misalnya noken (Irian), tali busur (Nias, Nusa Tenggara Barat), dan tali laso (Banten). Hasil uji menunjukkan bahwa serat kulit batang melinjo (bago) memiliki kekuatan serat yang cukup baik untuk dijadikan bahan kerajinan. Teknologi pengolahan sederhana yang berhasil ditemukan oleh peneliti memungkinkan temuan ini untuk diaplikasikan di IKM. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan menjadi rujukan para perajin untuk memanfaatkan lebih luas lagi. Adapun hasil uji menunjukkan bahwa bago yang tidak dilakukan perlakuan menunjukkan kekuatan serat yang paling tinggi, diikuti dengan rendaman. Uji kekuatan tarik dan mulur kulit batang melinjo dibandingkan dengan serat lain yang telah menjadi komoditas ekspor seperti agel dan pandan relatif tidak berbeda jauh. Hal ini berarti serat batang melinjo (bago) mampu dan berpotensi sebagai bahan baku kerajinan. Penggunaan serat untuk kerajinan ini diharapkan akan mengurangi penggunaan kayu tropis yang semakin mahal dan langka di pasaran.
Copyrights © 2024