Indonesia baru saja berhasil recovery dari Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ternak berkuku ganda, khususnya sapi. Kerugian dari kasus ini, khususnya bagi peternak sapi perah, tidak hanya sakitnya ternak, namun berdampak ekonomi dan sosial dari peternak.  Pada sapi perah khususnya, infeksi PMK menyebabkan penurunan produksi susu yang sangat signifikan mencapai 44% [1] dan sampai saat ini belum pulih sepenuhnya. Selain produksi susu, PMK juga menyebabkan gangguan reproduksi dan fertilitas terhadap sapi-sapi yang terinfeksi khususnya dengan terlambatnya umur pertama kali melahirkan (Chaters et al., 2018) dan jarak kebuntingan yang terlalu lebar.  Dalam upaya pengendalian dan pencegahan agar tidak terjadi reinfeksi, dan sebagai upaya mengembalikan kembali produksi susunya, maka diperlukan penguatan biosecurity yang ketat di tingkat peternakan rakyat maupun industri peternakan serta ditunjang dengan strategi reproduksi dan pemberian pakan yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan status fisiologis ternak. Desa Sumbersuko, Kecamatan Wagir merupakan salah satu wilayah yang penduduknya sebagian besar beternak sapi perah (45%).  Program penyuluhan maupun kegiatan lain terkait upaya menerapkan biosekuriti dan sanitasi mendapat respon yang baik dari anggota kelompok ternak. Beberapa peternak mulai menerapkan GDFP yang telah diajarkan.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024