Sejak masa lampau, manusia dan alam memiliki hubungan yang erat. Hubungan tersebut terbentuk secara alamiah karena manusia membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya. Manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Namun, seiring perkembangan zaman, hubungan manusia dengan alam mengalami perubahan. Ketergantungan manusia dengan alam dimasa kini telah digantikan dengan teknologi modern yang dirasa lebih efisien dan praktis. Disebabkan perubahan tersebut, manusia masa kini cenderung abai dan acuh terhadap alam sekitarnya yang mengakibatkan ekploitasi dan pencemaran alam terjadi dan mengancam kelestariannya. Realita demikian terjadi pula di Kalimantan Tengah, perubahan budaya masyarakat yang mulanya tradisional menjadi modern, membentuk kecenderungan kehilangan hubungan harmonis dengan alam, yang jika dibiarkan akan mengakibatkan krisis ekologi. Mengamati permasalahan tersebut, kemudian dilakukan penelitian kualitatif terhadap Upacara Bayar Hajat di Pulau Mintin untuk mengungkap konstruksi kearifan lokal bagi permasalahan alam di Kalimantan Tengah. Relevansi Upacara Bayar Hajat di Pulau Mintin sebagai objek penelitian terhadap permasalahan alam Kalimantan Tengah, karena upacara dilaksanakan di Pulau Mintin, yang merupakan tempat sakral di Kabupaten Pulang Pisau yang hingga kini masih terjaga kelestarian alamnya. Pengkajian terhadap Upacara Bayar Hajat di Pulau Mintin menghasilkan konstruksi nilai filsafat Ketuhanan dan konstruksi nilai konservasi alam yang relevan dan dapat diimplementasikan oleh masyarakat dengan harapan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk perduli terhadap permasalahan ekologi dan turut serta melestarikan alam Kalimantan Tengah.
Copyrights © 2024