Kunti Ayu Vedanti
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Upacara Bayar Hajat Di Pulau Mintin: Konstruksi Kearifan Lokal Terhadap Pencemaran Alam Di Kalimantan Tengah Kunti Ayu Vedanti; Megawati
Widya Aksara : Jurnal Agama Hindu Vol 29 No 1 (2024)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v29i1.252

Abstract

Sejak masa lampau, manusia dan alam memiliki hubungan yang erat. Hubungan tersebut terbentuk secara alamiah karena manusia membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya. Manusia memanfaatkan alam untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papannya. Namun, seiring perkembangan zaman, hubungan manusia dengan alam mengalami perubahan. Ketergantungan manusia dengan alam dimasa kini telah digantikan dengan teknologi modern yang dirasa lebih efisien dan praktis. Disebabkan perubahan tersebut, manusia masa kini cenderung abai dan acuh terhadap alam sekitarnya yang mengakibatkan ekploitasi dan pencemaran alam terjadi dan mengancam kelestariannya. Realita demikian terjadi pula di Kalimantan Tengah, perubahan budaya masyarakat yang mulanya tradisional menjadi modern, membentuk kecenderungan kehilangan hubungan harmonis dengan alam, yang jika dibiarkan akan mengakibatkan krisis ekologi. Mengamati permasalahan tersebut, kemudian dilakukan penelitian kualitatif terhadap Upacara Bayar Hajat di Pulau Mintin untuk mengungkap konstruksi kearifan lokal bagi permasalahan alam di Kalimantan Tengah. Relevansi Upacara Bayar Hajat di Pulau Mintin sebagai objek penelitian terhadap permasalahan alam Kalimantan Tengah, karena upacara dilaksanakan di Pulau Mintin, yang merupakan tempat sakral di Kabupaten Pulang Pisau yang hingga kini masih terjaga kelestarian alamnya. Pengkajian terhadap Upacara Bayar Hajat di Pulau Mintin menghasilkan konstruksi nilai filsafat Ketuhanan dan konstruksi nilai konservasi alam yang relevan dan dapat diimplementasikan oleh masyarakat dengan harapan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat untuk perduli terhadap permasalahan ekologi dan turut serta melestarikan alam Kalimantan Tengah.
Penguatan Dasar-Dasar Agama Hindu Melalui Kegiatan Basarah di Desa Parit Kecamatan Cempaga Hulu Kabupaten Kotawaringin Timur Puspo Renan Joyo; Kunti Ayu Vedanti; Tiwi Etika; I Gede Arya Juni Arta; Susi Susi; Rupiadi Rupiadi
Jurnal Pengabdian Masyarakat Waradin Vol. 6 No. 1 (2026): Januari : Jurnal Pengabdian Masyarakat Waradin
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pariwisata Indonesia Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56910/wrd.v6i1.931

Abstract

The Kaharingan Hindu community represents an indigenous Dayak group residing in Central Kalimantan, distributed across fourteen districts and municipalities. One of these communities is located in Parit Village, Cempaga Hulu Subdistrict, East Kotawaringin Regency. Following its integration into Hinduism in 1980, various forms of religious guidance have been implemented; however, these efforts have not been fully optimal due to the vast geographical conditions of Central Kalimantan. This community service program conducted in Parit Village aims to strengthen the community’s śraddhā (faith) and jñāna (knowledge and understanding) of Hindu teachings. The program employed an outreach and educational approach focused on reinforcing the fundamental principles of Hinduism. Its implementation involved collaborative engagement with several partners, including the Ministry of Religious Affairs of the Republic of Indonesia (East Kotawaringin Office), the Kaharingan Hindu Council of Parit Village, and the active participation of the local Hindu community. The results indicate that many community members still lack comprehensive understanding of Hindu doctrines, partly due to limited access to sacred texts. Through the outreach activities, participants demonstrated improved comprehension of basic Hindu teachings, as evidenced by their ability to articulate and elaborate on the materials presented during the discussions.