Abstract The position of women is an interesting topic. In Islamic history, several perspectives view and place women differently. There are still many who state that women's roles are limited to the home, the main task of a woman is to look after her husband and children or take care of the household. In addition to the teachings of Islam, religion interprets women today by facing great challenges, especially in Indonesia. So far, women are looked down on according to Islamic law. Yet according to the Koran, humans as caliphs on earth (consisting of men and women) have an equal element of humanity. This study draws on the thoughts of Kiai Misbah Mustafa about the position of women who are a kiai in an al-Balagh boarding school, Tuban. Kiai Misbah Mustafa also wrote a book that discusses specifically women apart from interpretations of his work, both of which will be carefully examined here. The results that the authors get from this study are, first, the author focuses on several problems in examining the position of women according to the kiai of Misbah Mustafa, namely polygamy, divorce, and inheritance. The author finds that Kiai Misbah Mustafa's thought in polygamy does not indicate that women and men get the same rights. Where Kiai Misbah Mustafa always talks about her husband's rights that are not fulfilled because of being corrupted by his wife every month. It is different from the opinion of Kiai Misbah Mustafa in divorce and the distribution of inheritance. The author agrees that the rights and obligations between husband and wife are balanced. Secondly, the implications of the thought of Kiai Misbah Mustafa in his interpretation book, Tafīsr Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabb al-īlamīn, al-Iklīl Fī Ma'ᾱnī at-Tanzīl, and to some extent helped the community in understanding the religion of Islam. Keywords: Position of Women, Kiai Misbah Mustafa Abstrak Kedudukan perempuan merupakan salah satu topik yang menarik. Dalam sejarah Islam terdapat beberapa perspektif yang memandang dan menempatkan perempuan secara berbeda. Masih banyak yang menyatakan bahwa peranan perempuan dibatasi di rumah saja, tugas utama seorang perempuan yaitu menjaga suami dan anak-anaknya atau mengurusi rumah tangga. Selain ajaran Islam agama menafsirkan tentang perempuan yang ada sekarang ini dengan menghadapi tantangan besar, khususnya di Indonesia. Selama ini perempuan dipandang rendah menurut hukum Islam. Padahal menurut Alquran, manusia sebagai khalifah di bumi (terdiri dari laki-laki dan perempuan) mempunyai unsur kemanusiaan yang setara. Penelitian ini mengambil pemikiran dari Kiai Misbah Mustafa tentang kedudukan perempuan yang merupakan seorang kiai di sebuah pondok pesantren al-Balagh, Tuban. Kiai Misbah Mustafa juga menulis kitab yang membahas khusus mengeni perempuan selain dari tafsir karyanya sendiri yang keduanya akan penulis teliti disini. Hasil yang penulis dapatkan dari penelitian ini yaitu, pertama, penulis fokuskan pada beberapa masalah dalam mengkaji kedudukan perempuan menurut kiai Misbah Mustafa, yaitu poligami, talak dan pembagian waris. Penulis menemukan bahwa pemikiran Kiai Misbah Mustafa dalam pologami tidaklah menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki mendapatkan hak yang sama. Dimana Kiai Misbah Mustafa selalu membicrakan masalah hak suami yang tidak dipenuhi karena dikorupsi oleh istri setiap bulannya. Berbeda dengan pendapat Kiai Misbah Mustafa dalam talak dan pembagian harta waris. Penulis sepakat, bahwa hak dan kewajiban antara suami dan istri berimbang. Kedua, implikasi dari pemikiran Kiai Misbah Mustafa dalam kitab tafsirnya yaitu Tafīsr Tᾱj al-Muslimīn Min Kalᾱmi Rabb al-‘Ālamīn, al-Iklīl Fī Ma’ᾱnī at-Tanzīl, dan sedikit banyaknya telah membantu masyarakat dalam memahami agama Islam. Kata Kunci: Kedudukan Perempuan, Kiai Misbah Mustafa
Copyrights © 2023