The government through the Ministry of Women's Empowerment and Child Protection (MOWECP) has a mandate to provide the best service for handling cases of violence against children. In providing these services, child protection workers indirectly make a significant contribution in helping children avoid worse impacts. However, these child protection workers are also a group that is at risk of experiencing emotional exhaustion in their work. This study was conducted to explore the experience of emotional exhaustion felt by child protection workers in dealing with cases of violence against children and how they cope with it. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach. Data were collected through semi-structured interviews with 4 samples of child protection workers consisting of Clinical Psychologist, Counselor, Social Worker and Advocate. The data was then analyzed using thematic analysis and revealed 4 main themes i.e. child protection workers experiencing various forms of exhaustion which are physical, emotional and mental; factors that influence the state of emotional exhaustion; child protection workers believe that their work is beneficial; and child protection workers use various ways to cope with work-related emotional exhaustion. The results of this study suggest MOWECP to complete the work system in the child protection service and provide self-care facilities for child protection workers. It is recommended that a similar study be conducted at Unit Pelayanan Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan and involve child protection workers with civil servant status.Pemerintah melalui Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendapatkan mandat untuk memberikan pelayanan terbaik bagi penanganan kasus kekerasan terhadap anak. Dalam pemberian layanan tersebut, petugas layanan secara tidak langsung memberi kontribusi yang cukup besar dalam membantu anak terhindar dari dampak yang lebih buruk. Akan tetapi, petugas layanan tersebut juga menjadi kelompok yang riskan mengalami kelelahan emosional di dalam pekerjaannya. Penelitian ini dilakukan untuk menggali pengalaman kelelahan emosional yang dirasakan petugas perlindungan anak dalam menangani kasus-kasus kekerasan terhadap anak dan bagaimana mereka mengatasi hal tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Data dikumpulkan melalui wawancara semi terstruktur terhadap 4 sampel petugas layanan perlindungan anak yang terdiri dari Psikolog Klinis, Konselor, Pekerja Sosial dan Advokat. Data wawancara ini kemudian dianalisis menggunakan analisis tematik sehingga menghasilkan 4 tema utama yaitu petugas layanan perlindungan anak mengalami bentuk kelelahan yang beragam baik fisik, emosi dan mental; faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan kelelahan emosional; petugas layanan perlindungan anak meyakini bahwa pekerjaannya memberikan manfaat; dan petugas layanan perlindungan anak menggunakan berbagai cara untuk mengatasi kelelahan emosional terkait pekerjaan. Hasil penelitian ini menyarankan KemenPPPA untuk merampungkan sistem kerja di layanan perlindungan anak dan menyediakan fasilitas self-care bagi petugas layanan. Penelitian serupa disarankan untuk dilakukan di Unit Pelayanan Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) dan melibatkan petugas layanan yang berstatus pegawai negeri sipil.
Copyrights © 2024