JAMPARING: Jurnal Akuntansi Manajemen Pariwisata dan Pembelajaran Konseling
Vol 2, No 1 (2024): Februari 2024

Penerapan Adat Toho Wae pada Masyarakat Pulau Buru Desa Waewali Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan

Hukunala, Dessy (Unknown)
Abas, Aisa (Unknown)
Tuharea, Jumiati (Unknown)



Article Info

Publish Date
01 Feb 2024

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji dan menganalisi Penerapan Adat Toho Wae Pada Masyarakat Pulau Buru Desa Waewali Kecamatan Leksula Kabupaten Buru Selatan. Tradisi Toho wae merupakan suatu tindakan yang dilakukan ditenga-tenaga masyarakat dengan menggunakan peralatan seadanya tampa intrevensi medis. Sunat berasal dari basaha latin circum berati “sekilingidan caeder berati “memotongsunat adalah tindakan memotong atau menghilankan sebagian atau seluru kulit penutup penis, frenulum dari penis dapat juga dipotong secara bersamaan dalam prosdur yang dinamakan frenektoni. Tipe diskriptif kualitatif yang mengambarkan secara tepat sifat-sifat dari individu terhadap keterangan yang diberikan menyangkut fenomena/ gejala yang di amati. Subjek penelitian adalah 3 masyarakat biasa, 2 orang biang kampung, dan 3 masyarakat biasa. Menurut Miles dan Huberman dalam Mulyarto (1992:20) Bahwa aktifitas dalam analisis data, sajian data dan kesimpulan dan verifikasi. Hasil penelitian adalah proses adat Toho Wae dilakukan Toho Wae dan biasanya biang kampung mempersiapkan alat tradisional berupa Loleba atau bambu muda dan dibuat sejam mungkin, ada juga yang memakai pisau, ada juga yang memakai ruput pisau dan adat Toho Wae dilakukan sebelum anak tersebut berendam di dalam air sebelum pagi jam 4 sampai jam 6 pagi setelah sudah berendam dalam air maka Biang kampung datang untuk melaksanakan Toho Wae, Bianga kampung (Ahli Sunat) mengangakat hati serta meminta kepada Opo Lastala (Tuhan Allah) agar memberkati biang kampung dala proses toho wae agar pelaksanaan toho wae berjalan lancar dan Obat yang dipakai setelah toho wae adalah obat tradisional Buru, disebut barut.. Makna toho wae bagi orang Buru baik itu anafina (perempuan) dan anamhana (laki-laki) yaitu membersihkan alat vital baik pria maupun wanita sehingga tidak bau dan becek dan kepercayaan masyarakat bahwa apabila yang bersangkutan telah kawin ia melakukan hubungan intim ia merasakan kenikmatan karena tidak ada bau pada area alat vitalnya. Adat Toho wae dalam pendidikan PPKn kemasyarakatan diimplikasikan seacar pendidikan nonformal menyangkut etika atau sopan santun dimana orang tua menghargai dan menghormati biang kampung yang melakukan toho wae kepada anak mereka yang mana ia melaksanakan toho wae dengan suka rela tanpa meminta mahar (biaya) namun selaku orang tua anak memberikan imbilan berupa uang, pakian, makanan dan sebagainya, dan sebagai warga negara orang mempunyai hak penuh yaitu untuk melaksanakan toho wae serta mempetahankannya norma-norma adat toho wae (aturan-aturan) berupa tidak boleh bersetubuh, tidak boleh memakan darah bintang, dan juga kaki binatang, baik itu rusa, babi, dan binatang lainnya.

Copyrights © 2024






Journal Info

Abbrev

jamparing

Publisher

Subject

Economics, Econometrics & Finance Education Physics Social Sciences

Description

JAMPARING: Jurnal Akuntansi Manajemen Pariwisata dan Pembelajaran Konseling bertujuan untuk mempublikasikan hasil penelitian asli dan review hasil penelitian tentang; 1. Akuntansi 2. Ekonomi 3. Bisnis 4. Manajemen 5. Pajak 6. Pariwisata 7. Sosial-Budaya 8. Pendidikan/Pembelajaran 9. ...