Kurikulum Merdeka, diluncurkan pada tahun 2020, bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan menekankan pada profil pelajar Pancasila dan pembelajaran berdiferensiasi. Namun, implementasinya di lapangan menemui berbagai kendala. Penelitian ini menggunakan teori struktural fungsional Talcott Parsons dan kerangka AGIL (Adaptasi, Pencapaian Tujuan, Integrasi, dan Latensi) untuk menganalisis problematika implementasi Kurikulum Merdeka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai hambatan dalam keempat elemen AGIL. 1) Adaptasi, Guru mengalami kesulitan beradaptasi dengan metode pengajaran baru dan teknologi yang diintegrasikan dalam Kurikulum Merdeka. 2) Pencapaian Tujuan: Kurangnya pemahaman guru tentang tujuan Kurikulum Merdeka dan profil pelajar Pancasila menghambat pencapaian tujuan pembelajaran. 3) Integrasi Kurangnya koordinasi dan kolaborasi antara guru, kepala sekolah, dan pemangku kepentingan lainnya dalam implementasi Kurikulum Merdeka. 4) Latensi, Keterbatasan sumber daya, seperti infrastruktur dan pelatihan, serta motivasi guru yang rendah menghambat kelancaran implementasi Kurikulum Merdeka. Penelitian ini merekomendasikan beberapa solusi untuk mengatasi problematika tersebut, seperti. Pelatihan dan pendampingan guru yang berkelanjutan untuk membantu mereka memahami dan menerapkan Kurikulum Merdeka dengan lebih baik
Copyrights © 2024