Gambir merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten Lima Puluh Kota, namun dalam perkembangannya, terdapat beberapa permasalahan. Persoalan utama yang dihadapi petani gambir adalah ketergantungan dengan Tengkulak atau lebih familiar disebut dengan toke. Adanya dominasi pedagang Kabupaten yang merupakan kaki tangan dari para eksportir gambir, penentuan harga di pasar gambir lebih didominasi oleh kaki-tangan pedagang besar (eksportir), dan petani dinilai tidak mampu memenuhi kualitas yang diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi dari sistem resi gudang komoditas Gambir dan faktor-faktor yang mempengaruhi dari implementasi tersebut di Kabupaten Lima Puluh Kota. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitaif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam, observasi dan tekhnik dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan empat tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi dari sistem resi gudang pada komoditas Gambir di Kabupaten Lima Puluhk Kota belum berjalan secara optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi tidak optimalnya implementasi sistem resi gudang tersebut yakni dari aspek komunikasi, yang mana masih banyak petani yang tidak mendapatkan informasi secara jelas terkait sistem resi gudang. Dari aspek birokrasi dan disposisi, belum terjalin sinergitas antar pemangku kepentingan dalam menjalankan program tersebut. Dari aspek sumber daya, dapat dilihat bahwa kompetensi yang dimiliki oleh pengelola gudang sistem resi gudang masih kurang dan perlu ditingkatkan. Kemudian dari aspek struktur birokrasi, sudah ada standar operasional prosedur pengelolaan gudang sistem resi gudang tetapi belum bisa diterapkan secara maksimal.Kata Kunci: implementasi, sistem resi gudang,  gambir 
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024