Manusia merupakan makhluk yang memiliki ragam potensi dibandingkan dengan lainnya diantaranya akal. Sehingga al-Qur’an menegaskan tentang penciptaan manusia yang memiliki keistimewaan serta dinobatkan sebagai khalīfah fī al-ardh demikian ini terjadi karena selain diciptakan dengan fisik yang sempurna, ia juga dibekali akal untuk berfikir, fitrah untuk beribadah serta nafsu keinginan. Dengan akal, manusia dapat membedakan sesuatu yang baik buruk sebab manusia mampu memfungsikan akalnya dengan baik untuk kepentingan diri sendiri dan orang lain. Ada banyak ayat-ayat al-Qur’an yang menyebutkan tentang potensi akal. Ayat-ayat al-Qur’an yang membahas tentang potensi akal dapat-ditemukan dalam istilah tafakkur, tadabbur dan tabashur. Tafsir Ilmiah Salman menafsirkan QS. Al-Muthaffifīn [83]:9 dan 20 dengan penyajian yang berbeda dengan penafsiran sebelumnya yakni dengan menghubungkan makna al-Qur’an dengan pengetahuan sains. Hal tersebut merupakan bukti perkembangan dalam bidang kajian tafsir yang bernuansa sains di Indonesia. Penelitian ini akan berfokus pada bagaimana penafsiran kitābun marqūm dalam Tafsir Ilmiah Salman yang dihubungkan pada otak manusia yang berfungsi sebagai pusat rekaman informasi. Adapun jenis penelitian yang akan digunakan adalah (library research) atau studi kepustakaan. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah penafsiran penggalan ayat kitābun marqūm dimaknai secara harfiah yang merujuk kepada tiga mufasir kontemporer sehingga memunculkan sebuah penafsiran bernuansa sains. Kedua, makna kitābun marqūm diasosiasikan kepada bagian otak yang disebut sebagai neokorteks yang berfungsi sebagai pusat record atau penyimpanan memori secara permanen.
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2021