Tanaman pisang (Musa Paradisiaca L.) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat pada bagian buah dan daunnya namun pemanfaatan untuk batang pisangnya belumlah efisien. Hal ini mengakibatkan batang pisang hanya dianggap sebagai limbah yang tidak bernilai. Oleh karena itu perlu adanya penelitian untuk mengubah limbah batang pisang agar benilai ekonomis yaitu dengan memanfaatkan selulosa yang terkandung dalam limbah batang pisang dengan mengkonversinya menjadi karbon aktif, dilihat dari penelitian sebelumnya bahwa batang pisang sendiri mengandung selulosa 43,46%, hemiselulosa 38,54%,lignin 9% dan sisanya impurities. Tujuan penelitian ini yaitu memanfaatkan limbah batang pisang menjadi karbon aktif dengan menggunakan aktivator asam phospat (H3PO4) dengan variable konsentrasi aktivator dan waktu perendaman karbon aktif dengan aktivator asam phospat (H3PO4) terhadap kualitas karbon aktif limbah batang pisang berdasarkan SNI No.06-3730-1995 maupun SII No. 0258-79. Parameter pengujian meliputi penentuan kadar air, kadar abu, kadar zat mudah menguap, kadar karbon terikat dan daya serap terhadap iod. Metode penelitian ini dilakukan pada reaktor pirolisis pada suhu 400 ℃ selama 1 jam. Karbon aktif yang dihasilkan selanjutnya diaktivasi menggunakan asam phospat (H3PO4) pada variasi konsentrasi 10%; 15%; 20%; 25%; dan 30% dan waktu perendaman 8 jam, 16 jam, 24 jam, 32 jam dan 40 jam. Hasil penelitian menunjukkan kualitas karbon aktif terbaik  pada konsentrasi H3PO4 30% dengan kadar air 3,11%, kadar abu 8,55%, kadar zat menguap 38,79%, kadar karbon terikat 52,66% dan daya serap terhadap iodine 390,66 mg/gr dan waktu perendaman selama 32 jam dengan hasil uji meliputi kadar air sebesar 3,4%; kadar abu 8,15%, kadar zat menguap 37,7%, kadar karbon terikat 54,15% dan daya serap terhadap iodine sebesar 401,82 mg/gr. Variabel konsentrasi dan waktu perendaman pada hasil analisis kadar air telah sesuai dengan syarat SNI dan SII, kadar abu sesuai dengan syarat SNI, kadar zat menguap dan kadar karbon terikat belum sesuai baik SNI maupun SII, dan daya serap iodine telah melampaui standar industri indonesia (SII).
                        
                        
                        
                        
                            
                                Copyrights © 2024